Hendaknya seorang wanita muslim, baik di Barat maupun di Timur, menyukai seruan ini.
Bacalah hadits Rasulullah saw. dengan tadabbur (teliti atau cermat), kemudian mengamalkannya agar Allah dapat memperbaiki keadaannya dan mengampuni dosamu, serta ridha terhadapmu.
Asma' binti yazid ibnus-Sakan r.a., pernah menemui Rasulullah saw., seraya berkata, "Sesungguhnya saya adalah utusan dari kelompok kaum wanita muslimah. Mereka berkata sebagaimana perkataanku ini dan mereka berpendapat sebagaimana pendapatku ini. Sesungguhnya telah mengutus engkau kepada orang laki-laki dan perempuan, kemudian kami beriman kepadamu dan mengikutimu. Kami kaum wanita banyak kekurangan, dipingit, penunggu rumah sedangkan kaum laki-laki diutamakan, dengan diwajibkan kepada mereka shalat Jumat, mereka diperbolehkan untuk menyaksikan pemakaman jenazah dan diperbolehkan pula untuk berjihad. Jika mereka telah ke luar rumah untuk berjihad, maka kamilah yang menjaga harta-harta mereka dan kami pulalah yang mendidik anak-anak mereka. Apakah kami akan mendapatkan pahala sebagaimana pahala mereka ya Rasulullah?".
Mendengar pertanyaan Asma itu, Rasulullah langsung menoleh kepada sahabat-sahabatnya seraya bersabda, " Apakah kalian pemah mendengar sebuah pertanyaan seorang wanita tentang agamanya yang lebih baik dari pertanyaan wanita ini?"
Kemudian para sahabat pun menjawab, "Kami tidak pernah mendengar ya Rasulullah!"
Kemudian Rasulullah saw. bersabda lagi, "Pergilah wahai Asma', dan beritahukanlah kepada wanita-wanita yang berada di belakangmu, bahwa kebaikan pengabdian seseorang di antara kalian terhadap suaminya, dan memohon keridhaan serta ikutnya dia untuk mendapatkan persetujuan suaminya itu dapat menyamai pahala segala sesuatu yang engkau sebutkan tadi. "
Kemudian Asma' pun pergi dengan bertahlil (membaca laa ilaha illallahu) dan bertakbir, karena sangat gembira mendengar jawaban yang diperolehnya dari Rasulullah saw. itu. (HR Abdul Bari di dalam kitab al-Istii'ab dan Muslim di dalam Shahih Muslim).
Bacalah hadits Rasulullah saw. dengan tadabbur (teliti atau cermat), kemudian mengamalkannya agar Allah dapat memperbaiki keadaannya dan mengampuni dosamu, serta ridha terhadapmu.
Asma' binti yazid ibnus-Sakan r.a., pernah menemui Rasulullah saw., seraya berkata, "Sesungguhnya saya adalah utusan dari kelompok kaum wanita muslimah. Mereka berkata sebagaimana perkataanku ini dan mereka berpendapat sebagaimana pendapatku ini. Sesungguhnya telah mengutus engkau kepada orang laki-laki dan perempuan, kemudian kami beriman kepadamu dan mengikutimu. Kami kaum wanita banyak kekurangan, dipingit, penunggu rumah sedangkan kaum laki-laki diutamakan, dengan diwajibkan kepada mereka shalat Jumat, mereka diperbolehkan untuk menyaksikan pemakaman jenazah dan diperbolehkan pula untuk berjihad. Jika mereka telah ke luar rumah untuk berjihad, maka kamilah yang menjaga harta-harta mereka dan kami pulalah yang mendidik anak-anak mereka. Apakah kami akan mendapatkan pahala sebagaimana pahala mereka ya Rasulullah?".
Mendengar pertanyaan Asma itu, Rasulullah langsung menoleh kepada sahabat-sahabatnya seraya bersabda, " Apakah kalian pemah mendengar sebuah pertanyaan seorang wanita tentang agamanya yang lebih baik dari pertanyaan wanita ini?"
Kemudian para sahabat pun menjawab, "Kami tidak pernah mendengar ya Rasulullah!"
Kemudian Rasulullah saw. bersabda lagi, "Pergilah wahai Asma', dan beritahukanlah kepada wanita-wanita yang berada di belakangmu, bahwa kebaikan pengabdian seseorang di antara kalian terhadap suaminya, dan memohon keridhaan serta ikutnya dia untuk mendapatkan persetujuan suaminya itu dapat menyamai pahala segala sesuatu yang engkau sebutkan tadi. "
Kemudian Asma' pun pergi dengan bertahlil (membaca laa ilaha illallahu) dan bertakbir, karena sangat gembira mendengar jawaban yang diperolehnya dari Rasulullah saw. itu. (HR Abdul Bari di dalam kitab al-Istii'ab dan Muslim di dalam Shahih Muslim).
Subhanalloh yaa... begitu rahman dan rahimnya Allah kepada perempuan untuk memetik pahala yang begitu luar biasa. Hiks hiks seddiih ... Astaghfirulloh kadang Ina gengsi gede2an *kek judul sinetron ajah*, pernah ga nurut sama suami. Maklum deh kita kan hampir seumuran, jadi kek teman ajah. Mustinya itu ga bisa jadikan alasan, tapi kalo lagi cape or ga mood, penyakit gengsi/egoisme Ina kadang muncul *ampunilah hambaMu yg dhoif ini ya Allah*. Tapi bagaimanakah sebetulnya batasan ttg pengertian dari persetujuan or ridlo dari suami?. Ina dan suami suka berbincang2, berdiskusi, cerita2 , seru2an gitu eh tapi kadang2 mpe marah2an *hehe Ina sih yg suka marah*, maqsudnya biar dibujuk rayu ma suami gituh, taunya kadang2 dicuekin, ya jadi pengen marah beneran. Effek selanjutnya kalo Ina dimintain tolong apa gitu ma suami jadi males, ga nurut, nah itu termasuk pembangkangan ga? pembangkangan tingkat rendah mungkin ya... astaghfirullah... *pengakuan nih ceritanya...*.
Nah kalo yang level tinggi nih, Ina juga pernah ngalamin hehe, astaghfirullah, tapi waktu itu ga ngeh *maqsudnya??*. Beginih nih ceritanya... sudah pada tau kan kalo kami tinggal longdist?. nah suatu waktu di hari Ultah boss-nya Ina, kita anak2 kantor bikin surprice party tuk si boss. Cuman sederhana siiy, seruangan ajah, pokoqnya ada kue Ultah *lumayan juga patungannya waktu itu hehe * dan lilin. Dan si boss ternyata dg tiba2 mengundang kita untuk makan2 di suatu tempat sepulang kantor, sebagai ucapan terimakasih atas kejutan menyenangkan ini. Sepertinya sebuah tawaran yang menggiurkan , tapi keknya ga memungkinkan untuk Ina ikuti, kasian Nabila terlalu lama ditinggal setelah seharian kerja. Tapi dibujuk ma teman2 untuk ikut, dengan alasan Ina tuh anak barulah, musti menghormati Boss, Ina juga ga pernah mengikuti acara2 apapun yang pernah diadakan teman seruangan. Ina dibilangin juga, paling juga makan trus pulang, cuma sebentar ajah. Pulang kantor Ina bisa pulang dulu katanya. Ya sudah Akhirnya sore ketika jam pulang kantor, Ina pulang , sholat di rumah, pikir Ina, kalo seandainya di kantor masih ada orang, Ina ikut, kalo ga, ya sudah gpp. Ternyata ketika balik ke kantor lagi, rombongan belum pada berangkat, so akhirnya Ina ikutan. Oia, tak lupa sebelumnya Ina sms Abi tuk ngasih tau kalo mo makan di luar bareng teman2 *ngasih tau or minta ijin??*. Ketika Sudah diatas mobil siap untuk berangkat, abi telp, isi singkat obrolannya begini niiih..
Bener umi mo ikutan?
Boleh ya bi..
Ga kasian ma Nabila?
Ga enak ma temen2 bi, lagian katanya ga lama koq
Bener ga lama?
Insyaallah diusahain sesegra mungkin pulang begtu selesai
Akhirnya ikutlah dirikyu dengan teman2 makan di sebuah tempat di Lippo Karawaci, lumayan juga tempatnya . Tapi ternyata di luar dugaan, jam 8an kita baru pulang *maklum namanya juga nebeng, nunggu sang empunya mobil *. Itu pun kita dah pulang duluan lho, temen2 laen masih stay di tempat. Ina dan salah seorang teman minta diturunin di kantor ajah, sebab motor Ina masih disana. Eng ing eng.. begitu mo bawa tuh motor, taunya kagag ada kuncina. Dicari2 di tas, saku baju, rok, tempat HP ga ada. Wah akhirnya kita minta kunci ruangan ma satpam yang jaga, dicari2 juga gag ketemu. Jangan2 jatuh di temapt parkir mobil, tapi masa' mo cari di lapangan segitu luas di keremangan malam sih?. Finally, give up deh, nitip motor ma satpam di parkiran, dan kita jalan2 malam. Cuciaaaan deh gw. Yang Ina ga enak lagi, temen Ina ikut binun cariin. Padahal dia berniat mo nebeng Ina tuk pulang, eh apa daya tangan tak sampai . Cari becak gag ketemu2, begitu pisahan ma temen di pertigaan akhirnya bertemulah dirikyu dg abang becak. Walo dah agak dekat gpp lah, asal ketemu lebih cepat dengan Nabilaku sayang huaaa.. .
Sampai di rumah, ternyata Nabila cintaku dah terlelap, katanya sejak habis magrib, alhamdulillah. Tapi mbak Tun agak ngedumel, "koq malam banget sih", katanya. "Iya nih, maap ya mbak, Nabila gag rewel kan?" sembari meminta maap dirikyu berikan mbak Tun burger sebagai oleh2 untuknya . Tapi ternyata mbak Tun ga doyan makanan begituan. Rasa bersalah Ina tak kunjung padam walo Nabila dah tidur dg manis . Setelah beberes badan, sebelum tidur, Ina telp Abi, laporkan segalaaaaaanya. Huaaa... Umi bener2 gag ngeh kalo abi tuh berat ngijinin umi tuk ikutan makan di luar ma temen2. Baru sekali kejadian kek gini, gag lagi2 deh..... Alhamdulillah My beloved hubby gag marah . Lha wis gimana lagi, nasi dah jadi bubur.
Yah itulah pelajaran buat Ina... Bagi Ina cukup sekali namun membekas di hati. Terimakasih tuk suamiku tercinta memberikan pengertian secara bijaksana .
Nb: Akhirnya pagi harinya my beloved hubby datang dan bikinin kunci baru hehe .
No comments:
Post a Comment