Sports Science Brief
METABOLISME
ENERGI TUBUH &
OLAHRAGA
M. Anwari Irawan Volume
01 (2007) No. 07
1.Pendahuluan
Di dalam
berbagai jenis olahraga baik
olahraga dengan gerakan-gerakan
yang bersifat konstan
seperti jogging, marathon dan bersepeda
atau
juga pada olahraga yang melibatkan gerakan-
gerakan yang explosif
seperti menendang bola atau
gerakan smash dalam
olahraga tenis atau bulutangkis,
jaringan otot hanya
akan
memperoleh e n e r g i d a r i
pemecahan
molekul a d e n o s i n
e triphospate atau yang
b i
a s a d i s i n g k a t
sebagai ATP.
M e l a u i simpanan energi yang terdapat di
dalam
tubuh yaitu simpanan phosphocreatine
(PCr), karbohidrat, lemak dan protein, molekul ATP
ini akan dihasilkan melalui metabolisme energi yang akan
melibatkan
beberapa reaksi kimia
yang kompleks. Pengunaan
simpanan-simpanan energi tersebut
beserta jalur metabolisme
energi yang akan digunakan untuk menghasilkan molekul ATP ini
juga akan bergantung
terhadap jenis aktivitas
serta intensitas yang dilakukan saat berolahraga.
2.Aktivitas Aerobik
&
Anaerobik dalam
Olahraga
Secara umum aktivitas
yang terdapat dalam
kegiatan olahraga akan terdiri dari kombinasi
2 jenis aktivitas yaitu aktivitas yang bersifat aerobik
dan dan aktivitas yang bersifat anaerobik.
Kegiatan/jenis olahraga yang
bersifat ketahanan
seperti jogging, marathon,
triathlon dan
juga
bersepeda jarak jauh merupakan
jenis
olahraga
dengan komponen aktivitas aerobik yang dominan
sedangkan kegiatan olahraga yang membutuhkan
tenaga besar dalam
waktu singkat seperti
angkat berat, push-up, sprint atau juga
loncat jauh merupakan jenis olahraga
dengan komponen
komponen aktivitas
a n a e r o b i k y a n g dominan .
Namun dalam beragamnya berbagai
cabang olahraga akan t e r d a p a t j e n i s
olahraga atau juga
Photo
by Jimmy Harris
a k t i v i t a s l a t i h a n
dengan satu komponen aktivitas yang lebih dominan atau juga
akan terdapat cabang
olahraga yang mengunakan kombinasi
antara
aktivitas
yang bersifat aerobik &
anaerobik.
Aktivitas aerobik merupakan aktivitas yang bergantung
terhadap ketersediaan
oksigen
untuk membantu proses pembakaran sumber
energi sehingga juga
akan bergantung terhadap
kerja optimal dari organ-organ tubuh seperti jantung, paru-paru dan juga pembuluh darah untuk dapat mengangkut oksigen
agar proses
pembakaran
sumber energi dapat berjalan dengan sempurna. Aktivitas ini biasanya merupakan aktivitas
olahraga dengan intensitas rendah-sedang yang dapat dilakukan secara kontinu dalam waktu yang
cukup lama sepeti jalan kaki,
bersepeda atau juga jogging.
Sports Science Brief
Aktivitas
anaerobik merupakan
aktivitas
dengan intensitas
tinggi yang membutuhkan energi secara
cepat dalam waktu yang singkat namun tidak dapat dilakukan secara kontinu untuk durasi waktu yang lama. Aktivitas ini biasanya juga akan membutuhkan interval istirahat
agar
ATP
dapat diregenerasi sehingga kegiatannya
dapat dilanjutkan kembali. Contoh dari kegiatan/jenis olahraga yang memiliki aktivitas anaerobik dominan adalah lari cepat (sprint), push-up, body building, gimnastik atau juga
loncat jauh. Dalam beberapa jenis olahraga beregu atau juga
individual akan terdapat pula gerakan-gerakan/aktivitas sepeti
meloncat, mengoper, melempar,
menendang bola, memukul bola atau juga mengejar bola dengan cepat yang bersifat anaerobik. Oleh sebab
itu maka beberapa cabang olahraga
seperti sepakbola,
bola basket atau juga
tenis lapangan disebutkan
merupakan kegiatan olahraga dengan kombinasi
antara aktivitas aerobik dan anaerobik.
3.Metabolisme Energi Saat Berolahraga
Inti dari semua
proses metabolisme
energi di dalam tubuh adalah
untuk menresintesis molekul ATP
dimana prosesnya akan dapat
berjalan
secara
aerobik maupun anearobik. Proses
hidrolisis ATP yang akan menghasilkan energi ini
dapat dituliskan melalui persamaan reaksi kimia sederhana sebagai berikut:
|
+ Pi -31 kJ per 1 mol ATP
Di dalam jaringan
otot, hidrolisis 1 mol ATP akan menghasilkan energi sebesar 31
kJ (7.3 kkal) serta akan
menghasilkan produk lain berupa ADP (adenosine
diphospate) dan Pi (inorganik
fosfat).
Pada saat berolahraga, terdapat 3 jalur metabolisme
energi yang dapat digunakan oleh tubuh untuk menghasilkan ATP
yaitu hidrolisis phosphocreatine (PCr), glikolisis
anaerobik glukosa serta
pembakaran simpanan
karbohidrat,
lemak dan juga protein.
Pada kegiatan olahraga dengan
aktivitas aerobik yang dominan, metabolisme energi akan
berjalan melalui pembakaran
simpanan
karbohdrat, lemak
dan sebagian kecil (±5%) dari pemecahan simpanan protein yang terdapat di
dalam tubuh untuk
menghasilkan ATP (adenosine
triphospate). Proses metabolisme ketiga sumber energi ini akan
berjalan
dengan kehadiran oksigen (O2) yang
Photo by Giovanni JL
diperoleh melalui proses pernafasan.
Sedangkan pada aktivitas yang bersifat
anaerobik, energi yang
akan digunakan oleh tubuh untuk melakukan aktivitas yang
membutuhkan energi secara cepat ini
akan diperoleh melalui
hidrolisis phosphocreatine
(PCr)
serta melalui
glikolisis glukosa secara
anaerobik. Proses metabolisme energi secara anaerobik
ini dapat berjalan tanpa kehadiran oksigen (O2).
Sports Science Brief
Proses metabolisme
energi secara anaerobik dapat
menghasilkan ATP dengan laju yang lebih cepat jika dibandingkan dengan metabolisme
energi secara aerobik. Sehingga untuk gerakan-gerakan dalam
olahraga yang membutuhkan tenaga yang besar
dalam waktu yang singkat, proses metabolisme energi secara anaerobik dapat menyediakan ATP dengan cepat namun hanya untuk
waktu yang terbatas yaitu hanya sekitar
±90 detik. Walaupun prosesnya dapat
berjalan secara cepat, namun metabolisme
energi secara anaerobik ini hanya menghasilkan molekul
ATP yang lebih sedikit jika
dibandingkan dengan metabolisme energi secara aerobik (2 ATP vs 36 ATP per 1 molekul glukosa).
Proses
metabolisme
energi secara aerobik juga
dikatakan
merupakan proses yang bersih karena selain akan menghasilkan energi, proses
tersebut
hanya akan
menghasilkan produk
samping
berupa
karbondioksida (CO2) dan air
(H2O). Hal ini berbeda
dengan proses metabolisme secara anaerobik
yang
juga akan menghasilkan produk samping berupa asam laktat yang
apabila terakumulasi dapat menghambat kontraksi otot
dan menyebabkan rasa nyeri pada otot. Hal inilah yang menyebabkan mengapa gerakan- gerakan bertenaga saat berolahraga tidak dapat dilakukan secara kontinu dalam waktu yang panjang dan
harus diselingi dengan interval istirahat.
3.1.Proses Metabolisme
Secara Anaerobik
3.1.1.Sistem PCr
Creatine (Cr) merupakan jenis
asam amino yang tersimpam
di dalam otot sebagai sumber
energi. Di dalam otot, bentuk creatine yang sudah
ter-fosforilasi
yaitu phosphocreatine (PCr) akan mempunyai peranan
penting dalam proses metabolisme energi secara anaerobik di dalam
otot untuk menghasilkan ATP.
Dengan bantuan enzim
creatine kinase, phosphocreatine (PCr) yang tersimpan di dalam otot akan dipecah
menjadi Pi (inorganik fosfat) dan creatine dimana proses ini juga akan disertai dengan pelepasan
energi sebesar 43 kJ (10.3 kkal) untuk tiap 1 mol PCr. Inorganik fosfat (Pi) yang dihasilkan melalui proses pemecahan
PCr ini melalui proses fosforilasi
dapat mengikat kepada molekul ADP (adenosine diphospate) untuk
kemudian kembali membentuk
molekul ATP (adenosine triphospate).
Melalui proses hidrolisis PCr,
energi dalam jumlah besar (2.3 mmol ATP/kg
berat
basah otot per detiknya) dapat
dihasilkan secara instant
untuk memenuhi kebutuhan energi pada saat berolahraga dengan intensitas tinggi yang bertenaga. Namun karena
terbatasnya simpanan PCr yang terdapat di dalam
jaringan otot yaitu hanya sekitar 14-24
mmol ATP/ kg berat
basah maka energi yang dihasilkan melalui proses hidrolisis
ini hanya dapat bertahan untuk mendukung
aktivitas anaerobik selama 5-10 detik.
Karena fungsinya sebagai salah
satu sumber energi tubuh dalam
aktivitas anaerobik, supplementasi
creatine mulai menjadi
popular pada awal tahun 1990-an setelah berakhirnya Olimpiade Barcelona. Creatine dalam bentuk creatine monohydrate telah
menjadi
suplemen
nutrisi
yang banyak
digunakan untuk
meningkatkan kapasitas aktivitas anaerobik. Namun secara alami, creatine
ini akan banyak terkandung di
dalam bahan makanan protein hewani seperti
daging dan ikan.
Data dari hasil-hasil penelitian dalam bidang olahraga yang telah dilakukan menunjukan bahwa
konsumsi creatine sebanyak 5-20 g per harinya secara rutin selama 20 hari sebelum
musim kompetisi
Sports Science Brief
berlangsung dan menguranginya menjadi
5 gr/hari saat memulai
kompetisi dapat memberikan peningkatan terhadap jumlah creatine & phosphocretine di
dalam otot dimana peningkatannya ini juga akan disertai
dengan peningkatan dalam performa latihan anaerobik. Data juga membuktikan bahwa cara terbaik untuk
‘mengisi’ creatine di
dalam otot pada saat menjalani
rutinitas latihan adalah mengimbanginya dengan
mengkonsumsi karbohidrat dalam
jumlah besar &
mengkonsumsi lemak
dalam jumlah yang kecil.
3.1.2.Glikolisis (Sistem Glikolitik)
Glikolisis merupakan salah satu bentuk metabolisme
energi yang dapat
berjalan secara anaerobik tanpa kehadiran oksigen. Proses metabolisme energi ini mengunakan simpanan glukosa yang sebagian besar
akan diperoleh dari glikogen
otot atau juga dari glukosa yang
terdapat di dalam aliran
darah untuk
menghasilkan ATP. Inti dari proses glikolisis yang terjadi di dalam sitoplasma sel ini
adalah mengubah molekul glukosa menjadi
asam piruvat dimana proses ini
juga akan disertai dengan membentukan ATP. Jumlah ATP yang dapat dihasilkan oleh proses glikolisis ini akan berbeda bergantung
berdasarkan
asal molekul glukosa. Jika molekul glukosa berasal dari dalam darah maka 2 buah ATP akan dihasilkan
Photo by Jimmy
Harris
namun jika molekul glukosa berasal dari glikogen otot maka sebanyak 3 buah ATP akan dapat dihasilkan.
Mokelul asam piruvat yang terbentuk dari proses glikolisis ini dapat mengalami
proses metabolisme lanjut baik secara aerobik maupun secara anaerobik bergantung terhadap ketersediaan oksigen di dalam tubuh. Pada saat berolahraga dengan intensitas rendah dimana
ketersediaan oksigen di dalam tubuh
cukup besar, molekul asam piruvat yang terbentuk ini dapat diubah menjadi CO2
dan H2O
di dalam mitokondria sel.
Dan jika ketersediaan
oksigen
terbatas di dalam tubuh atau
saat pembentukan asam piruvat
terjadi secara cepat seperti saat melakukan sprint,
maka asam piruvat tersebut akan terkonversi menjadi asam laktat.
3.2.Metabolisme Energi Secara Aerobik
Pada jenis-jenis olahraga yang bersifat
ketahanan
LEMAK
KARBOHIDRAT PROTEIN
(endurance)
seperti lari marathon, bersepeda
jarak jauh (road
cycling) atau juga lari
10 km, produksi energi di dalam
tubuh akan
Asam Lemak & Gliserol
ß-oksidasi
Gambar 1.1
Glikogen
/ Glikosa
Glikolisis Asam Piruvat Asetil-KoA
Siklus Asam Sitrat
Asam Laktat
Asam Amino
Deaminasi atau
Transaminasi
bergantung
terhadap sistem metabolisme energi secara aerobik
melalui pembakaran karbohidrat,
lemak dan juga sedikit dari pemecahan protein.
Oleh karena itu maka atlet-atlet yang berpartisipasi dalam ajang-ajang yang
bersifat ketahanan
ini harus mempunyai kemampuan
yang baik dalam memasok oksigen ke
dalam tubuh agar proses metabolisme energi secara aerobik dapat berjalan
dengan sempurna.
Proses metabolisme energi secara aerobik merupakan proses
metabolisme
yang membutuhkan kehadiran oksigen (O2) agar prosesnya dapat berjalan dengan sempurna untuk
Sports Science Brief
menghasilkan ATP. Pada saat berolahraga, kedua simpanan energi tubuh yaitu simpanan karbohidrat
(glukosa darah, glikogen otot dan hati) serta
simpanan lemak dalam bentuk trigeliserida
akan
memberikan kontribusi
terhadap laju produksi
energi secara aerobik
di dalam tubuh. Namun bergantung terhadap intensitas olahraga yang
dilakukan, kedua simpanan energi ini dapat memberikan jumlah kontribusi
yang berbeda.
Secara singkat proses metabolisme
energi secara aerobik seperti yang ditunjukan
pada gambar 1.1. Dari gambar tersebut dapat dilihat bahwa untuk meregenerasi ATP, 3 simpanan energi
akan
digunakan oleh tubuh yaitu simpanan
karbohidrat (glukosa,glikogen), lemak dan juga protein. Diantara ketiganya, simpanan
karbohidrat dan lemak merupakan sumber energi utama saat berolahraga
dan oleh karenanya maka pembahasan metabolisme
energi secara aerobik pada tulisan
ini akan difokuskan kepada metabolisme
simpanan karbohidrat dan simpanan
lemak.
3.2.1. Pembakaran Karbohidrat
Secara singkat proses metabolime
energi dari glukosa darah atau juga glikogen otot akan berawal dari
karbohidrat yang dikonsumsi. Semua
jenis karbohidrat yang dkonsumsi
oleh manusia baik
itu jenis karbohidrat
kompleks (nasi, kentang, roti, singkong dsb) ataupun juga karbohidrat sederhana
(glukosa, sukrosa, fruktosa)
akan
terkonversi menjadi
glukosa di dalam tubuh. Glukosa yang terbentuk
ini kemudian
dapat tersimpan sebagai cadangan energi sebagai glikogen di
dalam hati dan otot serta
dapat tersimpan di dalam aliran darah
sebagai glukosa darah atau dapat juga dibawa ke dalam sel-sel tubuh yang membutuhkan.
Di dalam sel tubuh, sebagai tahapan awal dari metabolisme energi secara
aerobik, glukosa yang berasal dari glukosa darah ataupun dari glikogen otot
Photo by Cynthia Sopa
akan mengalami proses glikolisis yang dapat menghasilkan molekul ATP
serta menghasilkan asam piruvat. Di dalam proses ini, sebanyak 2 buah molekul ATP dapat dihasilkan apabila
sumber glukosa berasal dari glukosa darah dan sebanyak 3 buah molekul ATP dapat dihasilkan apabila
glukosa berasal dari glikogen otot.
Setelah melalui proses glikolisis, asam
piruvat yang di hasilkan ini kemudian
akan diubah menjadi Asetil-KoA di dalam
mitokondsia. Proses perubahan dari asam piruvat
menjadi Asetil-KoA ini akan berjalan dengan ketersediaan oksigen serta
akan menghasilkan produk samping
berupa NADH yang juga dapat
menghasilkan 2-3 molekul ATP. Untuk
memenuhi kebutuhan energi bagi sel-sel tubuh, Asetil-KoA
hasil konversi asam piruvat ini kemudian akan masuk
ke dalam siklus asam-sitrat untuk kemudian
diubah menjadi karbon
dioksida (CO2), ATP, NADH dan FADH2 melalui tahapan reaksi yang kompleks.
Reaksi-reaksi yang terjadi
dalam proses yang telah disebutkan
dapat dituliskan melalui persamaan reaksi sederhana sebagai berikut:
|
Sports Science Brief
Setelah melewati berbagai tahapan proses reaksi di dalam
siklus
asam sitrat, metabolisme
energi dari glukosa kemudian akan dilanjutkan kembali melalui
suatu proses reaksi
yang disebut sebagai proses fosforlasi
oksidatif. Dalam proses ini,
molekul NADH dan juga
FADH yang dihasilkan dalam siklus asam sitrat
akan
diubah menjadi molekul ATP dan H2O. Dari 1 molekul NADH akan dapat dihasilkan 3 buah molekul ATP dan dari 1 buah molekul FADH2
akan dapat menghasilkan 2 molekul ATP.
Proses metabolisme energi secara aerobik melalui
pembakaran glukosa/glikogen secara total akan menghasilkan 38 buah molukul ATP dan juga akan menghasilkan produk samping berupa
karbon dioksida (CO2)
serta air (H2O). Persamaan
reaksi sederhana untuk mengambarkan proses tersebut dapat dituliskan sebagai berikut :
Glukosa
+ 6O2 +38 ADP + 38Pi --->
6 CO2
+ 6 H2O + 38 ATP
3.2.2.Pembakaran Lemak
Langkah awal dari metabolisme energi lemak adalah melalui proses pemecahan simpanan
lemak yang terdapat di dalam tubuh yaitu trigeliserida. Trigeliserida di dalam tubuh ini akan tersimpan di dalam jaringan adipose (adipose tissue) serta di dalam sel-sel otot (intramuscular triglycerides). Melalui
proses yang dinamakan lipolisis, trigeliserida yang tersimpan
ini akan dikonversi menjadi
asam lemak (fatty acid) dan gliserol.
Pada proses ini, untuk setiap 1 molekul trigeliserida akan terbentuk 3 molekul asam lemak dan 1 molekul gliserol .
Kedua molekul yang dihasilkan melalu proses ini kemudian
akan mengalami jalur metabolisme yang
berbeda di dalam tubuh. Gliserol yang terbentuk akan masuk ke dalam siklus
metabolisme
untuk diubah menjadi glukosa atau juga asam piruvat. Sedangkan asam lemak yang terbentuk akan dipecah menjadi unit- unit kecil melalui proses yang dinamakan ß-oksidasi
untuk kemudian menghasilkan energi (ATP) di dalam
mitokondria sel
Proses ß-oksidasi berjalan
dengan kehadiran oksigen serta membutuhkan adanya karbohidrat untuk
menyempurnakan pembakaran asam lemak.
Pada proses ini, asam
lemak yang pada umumnya berbentuk rantai panjang
yang terdiri dari ± 16 atom karbon akan dipecah menjadi unit-unit kecil yang terbentuk dari 2
atom
karbon. Tiap unit 2 atom karbon yang terbentuk ini kemudian dapat mengikat kepada 1 molekul KoA
untuk membentuk asetil KoA.
Molekul asetil-KoA yang terbentuk ini kemudian
akan masuk ke dalam siklus asam sitrat dan diproses untuk menghasilkan energi seperti halnya dengan molekul asetil-KoA yang dihasil
melalui proses metabolisme
energi dari glukosa/glikogen.
3.4.Metabolisme Energi untuk Olahraga Kombinasi Aerobik &
Anaerobik.
Beberapa
jenis olahraga beregu atau
individual seperti sepakbola, bola basket atau juga
tenis merupakan olahraga yang
mengunakan kombinasi antara
aktivitas intensitas
tinggi dan aktivitas intensitas rendah.
Pada jenis olahraga
ini, proses metabolisme energi di dalam tubuh dapat berjalan secara
simultan melalui metabolisme
energi secara aerobik dan anaerobik. Pada aktivitas dengan intensitas tinggi yang
Sports Science Brief
membutuhkan power secara cepat
seperti saat berlari untuk mengejar bola atau saat memukul bola dengan
keras,
metabolisme
energi tubuh akan berjalan secara anaerobik melalui sumber energi yang diperoleh
dari simpanan ATP, simpanan phosphocreatine (PCr) dan simpanan karbohidrat .Sedangkan
saat
melakukan aktivitas dengan
intensitas rendah
seperti saat berlari secara
perlahan, metabolisme energi
tubuh akan berjalan secara
aerobik dengan sumber energi diperoleh dari simpanan karbohidrat (glikogen
otot & glukosa darah), lemak dan juga protein.
Pada olahraga beregu yang umumnya merupakan kombinasi
antara endurance serta speed & power, diantara semua bentuk simpanan energi yang akan digunakan dalam proses metabolisme
energi baik secara
aerobik maupun anaerobik, 2 simpanan
energi yaitu simpanan karbohidrat
(glikogen otot
& glukosa darah) dan simpanan lemak akan memberikan kontribusi
yang lebih besar untuk menyediakan energi bagi tubuh. Diantara simpanan lemak & karbohidrat, simpanan
karbohidrat akan memberikan kontribusi
yang lebih besar di bandingkan dengan simpanan
lemak untuk menghasilkan energi dalam olahraga beregu. Dan oleh karena
simpanan karbohidrat berada dalam jumlah yang terbatas dibandingkan dengan simpanan lemak maka
berkurangnya simpanan
karbohidrat merupakan pembatas bagi kemampuan tubuh
untuk mempertahankan
performa pada olahraga ini.
3.5.Ringkasan Singkat Metabolisme Energi &
Simpanan Energi Tubuh
Secara ringkas, sistem metabolisme
energi untuk menghasilkan ATP dapat berjalan
secara aerobi
(dengan oksigen) dan secara anaerobik (tanpa oksigen). Kedua proses
ini dapat berjalan secara
simultan di dalam tubuh saat berolahraga.
Pada
aktivitas-aktivitas olahraga yang membutuhkan energi besar dalam waktu
yang cepat atau pada
olahraga dengan intenistas tinggi. Metabolisme
energi akan berjalan secara anaerobik melalui hidrolisis
phosphocreatine (PCr)
serta
melalui proses glikolisis glukosa/glikogen otot. Sedangkan pada cabang-cabang
olahraga
dengan intensitas
rendah-sedang yang memilki
Photo by Brooke Novak
komponen aerobik tinggi
seperti jogging, maraton, triathlon atau juga bersepeda jarak jauh, metabolisme
energi tubuh akan berjalan secara
aerobik dengan kehadiran oksigen melalui pembakaran simpanan karbohidrat, lemak dan protein.
Pada olahraga beregu
yang merupakan kombinasi antara aktivitas intensitas
tinggi dan aktivitas intensitas rendah,
metabolisme
energi juga akan
berjalan
secara
aerobik dan anaerobik
dan
juga mengunakan sumber-sumber energi yang sama yaitu phospocreatine (PCr), karbohidrat, lemak dan juga
Sports Science Brief
protein. Diantara
semua bentuk simpanan energi
yang terdapat di dalam tubuh, simpanan karbohidrat dan lemak merupakan sumber nutrisi utama yang akan digunakan untuk menyediakan energi bagi kontraksi otot.
Keduanya akan menjadi sumber energi utama bagi tubuh saat berolahraga yang
persentase kontribusinya terhadap produksi energi akan ditentukan oleh intensitas olahraga serta lamanya waktu berolahraga.
Bentuk simpanan
energi di dalam tubuh
yang merupakan penentu performa pada saat berolahraga
yaitu simpanan karbohidrat dapat diproses melalui 2 jalur metabolisme baik yaitu melalui pembakaran glukosa/glikogen
(secara aerobik) maupun melalui glikolisis glukosa/glikogen (secara anaerobik)
untuk menghasilkan ATP. Sedangkan
simpanan
lemak yang terdapat di dalam tubuh hanya dapat diproses
secara
aerobik untuk menghasilkan ATP, dimana proses ini juga akan membutuhkan ketersediaan
karbohidrat agar proses pembakarannya menjadi
sempurna.
Sports Science Brief
Referensi :
1. Benardot, D. Advanced Sports nutrition. Human
Kinetics, Champaign, IL, 2006.
2. Jeukendrup,
A. & Gleeson, M. Sport nutrition
: An introduction to energy production and performance. Human Kinetics, Champaign,IL, 2004.
3. Dennis, S.C., & Noakes, T.D., Exercise:muscle & metabolic requirement. In Encyclopedia of Food Sciences & Nutrition,
2nd Edition, Caballero, B. Trugo, L.C., & Finglas, P.M.,Eds,. Academic Press. 2003.
4. Litwak, S.R., Energy Metabolism. In Encyclopedia of Food Sciences & Nutrition, 2nd Edition,
Caballero, B. Trugo, L.C.,
& Finglas, P.M.,Eds,. Academic Press. 2003. Elsevier Science, 2003.
5. Hatfield, F.C. Hardcore bodybuilding : a scientific approach. Contemporary Books, 1993.
6. Romijn, J.A., Coyle, E.F., Sipossis, L.S.,
Gastadelli, A., Horowitz, J.F., Endert, E., & Wolfe, R.R., Regulation of endogenous fat &
carbohydrate metabolism
in relation to exercise intensity & duration. American Journal
of Physiology. 265: E380-E391,1993.
7. Coyle,
E.F., Jeukendrup, A.E., Wagenmaker,
A.J.M., Saris, W.H.M., Fatty
acid oxidation is directly regulated
by carbohydrate
metabolism during exercise. American Journal of Physiology. 273: E261-E275,1997.
8. Romijn, J.A., Coyle, E.F., Sipossis, L.S., Zhang, X.J., & Wolfe, R.R., Fat oxidation during strenous exercise. Journal of Applied
Physiology. 76(6):1939-1945. Journal of Applied Physiology. 76(6): 1939-1945.
9. Havenetidis,K., Matsuka, O., Cooke, C.B., & Theodore, A. The use of varying creatine regimens
on sprint cycling.
Journal of
Sports Science & Medicine, 88-97, 2003.
10. Clark, J.F., Creatine & phospocreatine : a review of their use in exercise & sport. Journal of Athletic Training. Volume 32
No.1,1997
Copyright © 2007 Polton Sports Science & Performance Lab / www.pssplab.com