Pages

Thursday, 25 November 2010

Bangkitnya Kembali Perang Ideologi, Kapitalis vs Komunis


Akhir-akhir ini kita disuguhkan dengan berita yang cukup menyulut emosi dunia Internasional. Dua negara beda ideology saling serang di Semenanjung Korea. Korea Utara versus Korea Selatan. Ya, Korea Utara yang ideology negara kental dengan Komunisme dan Korea Selatan yang di back up oleh Kapitalis Amerika Serikat. Korea Utara dibawah dictator komunis, Kim Young Il sengaja membuat panas dunia Internasional dengan beberapa kali melakukan uji coba rudal Tae Podong dan pembuatan pusat pengayaan uranium untuk memproduksi senjata pembunuh masal, Nuklir. Kim Young Il tidak sendiri, afiliasi antara China dan Vietnam Utara dan malu-malu kucing Rusia sepertinya semakin membuat percaya diri Korea Utara berkacak pinggang menantang dunia. Korea Utara yang saat ini masih benar-benar menegakkan panji Komunisme Absolut tidak seperti negara komunis lain yang lebih lunak terhadap dunia luar. Negeri Tirai Bambu sesungguhnya adalah Korea Utara karena tidak mudah diakses dan tidak mudah ditembus karena siap berdiri kokoh menantang dunia.

Langkah penetrasi yang dilakukan oleh Korea Utara membuat seteru abadinya Korea Selatan geram, melalui Presiden Lee Myung Bak menginstruksikan darurat militer di Korea Selatan. Bahkan menteri Pertahanan Korea Selatan ,mengundurkan diri dari jabatan strategis tersebut karena dianggap tidak mampu menjaga kondusifitas. Sikap kstaria yang patut dipuji oleh pemimpin di Indonesia. Wacana ini kemudian hari ditanggapi oleh Amerika Serikat dengan mengirimkan kapal perang dan pesawat tempur untuk membantu Korea Selatan. Korea Selatan pun tidak sendiri, masih ada Inggris dan beberapa negara Uni Eropa yang siap membantu.
Masih ingat dalam ingatan kita pertengahan tahun 2009 ketika kapal perang Korea Selatan di rudal sehingga tenggelam di dasar laut Semenanjung Korea. Konflik demi konflik inilah yang puncaknya adalah serangan terhadap ribuan rakyat sipil Korea Selatan. Akumulasi konflik ini, bukan tidak mungkin akan menyebabkan Perang Korea jilid dua yang membuat stabilitas ekonomi dan politik terganggu. Bahkan bukan tidak mungkin, hal ini akan menyulut Perang Dunia Ke Tiga yang embrio-embrionya sudah muncul di permukaan.

Masih ingat dalam ingatan kita ketika Indonesia yang dahulu di zaman Bung Karno sebagai Presiden dekat menjalin hubungan dengan Uni Soviet yang notabene pemimpin Komunis Internasional. Kedekatan Bung Karno dengan Nikita Kruschev yang ketika itu perdana menteri Uni Soviet pengganti Josep Stalin. Bahkan, kemerdekaan Indonesia diawali dengan letupan pemikiran Sosialis Komunis yang di komando oleh Tan Malak, Muso, Alimin dan kawan-kawan. Riak-riak pemberontakan dengan dasar Ideologi Sosialis tersebut yang akhirnya memaksa Belanda untuk menyerahkan kedaulatan Republik Indonesia Serikat ke tangan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Isu yang berhembus ke permukaan tentang adanya peran dari tangan-tangan komunis dalam membantu kemerdekaan Indonesia jika ditilik dari aspek sejarah memang cukup dijadikan alasan. Rentetan peristiwa pemberontakan PKI sampai runtuhnya PKI di tangan Soeharto merupakan bukti otentik yang masih diperdebatkan.

Tumbangnya Orde Lama dan diganti dengan Orde Baru pun atas kongsi dengan Kapitalis yang ketika itu maish di cengkram oleh Amerika Serikat bahkan sampai saat ini. Fakta sejarah membuktikan bahwa peran Kapitalis dalam membantu menjungkalkan rezim Orde Lama tertulis dalam bingkai sejarah perjalanan bangsa. Sejak tumbangnya Soekarno, terlihat jelas matinya ideology Komunis sampai ke akar-akarnya hingga saat ini. Dunia mungkin sadar bahwa untuk menggulingkan Orde Lama memerlukan empat tangan dan empat kaki untuk mencabut hegemoni kekuasaan. Sehingga Amerika dengan operasi canderstain mengoyak inetgritas kebangsaan. Namun semua itu dewasa ini sudah di kembalikan ke postulat yang sesugguhnya yaitu tentang Pancasila dan Bhineka Tunggal Ika.

Namun ironisnya, penjajahan dengan selubung neokolonialisme dan neoimperialsme masih merajalela. Seakan tidak mampu untuk melawannya. Indonesia sekali lagi hanya diam. Tanpa kata dan tanpa bahasa. Penjajahan jilid ke dua terasa amat sulit untuk dihindari karena moral anak bangsa sudah tertutup oleh pragmatism kekuasan, harta dan kedudukan. Benar apa yang dikatakan oleh Bunga Karno, “Perjuangan ku terasa mudah karena mengusir penjajah namun perjuanganmu akan terasa susah karena mengusir bangsa sendiri”.

Semoga perang Ideologi ini hanya kamuflase agar dapat diredupkan kembali. Karena bagaimanapun juga rakyat yang akan menjadi korban utama. Rakyat yang menderita mati sengsara. Sudah cukup derita ini dialami oleh nenek moyang kami. Biarkanlah kami yang akan menanggung bahagia perjuangan meraka dalam mendamaikan dunia.

No comments:

Post a Comment