Pages

Tuesday, 28 October 2008

WORLD STROKE DAY : Little Stroke, Big Troubles

Stroke merupakan masalah kesehatan utama dan menjadi penyakit penyebab kematian nomor tiga serta penyebab kecacatan nomor satu didunia. Berdasarkan kenyataan tersebut komunitas kedokteran yang tergabung dalam Wolrd Stroke Organization telah mencanangkan Hari Stroke Sedunia (World Stroke Day) dan diperingati setiap 29 Oktober.

Hari Stroke Sedunia dicanangkan untuk memberikan peringatan kepada semua orang bahwa stroke dapat dicegah dan dapat diobati. Pencegahan merupakan hal terpenting dan terutama berfokus pada pengendalian factor resiko seperti hipertensi, diabetes, merokok dan sebagainya.

Fokus peringatan kegiatan pada tahun ini yaitu little stroke, big troubles atau stroke kecil masalah besar. Tema ini menurut dr.Sugianto Sp.S M,Kes, Ph.D, direktur utama RS.Bethesda, diambil untuk menggamnarkan stroke sub klinis yang berujung pada gangguan memori. Penyumbatan diotak tidak menimbulkan gejala kelumpuhan yang akut, namun proses yang berlangsung secara kontinyu kearah kepikunan. Penyumbatan yang bersifat demikian disebut dengan silent stroke (sub clinical stroke). Gejala yang muncul yaitu gangguan kepribadian, gangguan memori dan emosi, gejala ini sering tidak disadari secara dini dan berujung pada gangguan kognitif atau dementia vaskuler.

Sumbatan yang kecil pada umumnya telah dapat terdeteksi dengan melakukan pemeriksaan neuropsikologi yang sangat teliti. Hal ini sukar dilakukan dalam praktek sehari-hari karena tidak ada gejala yang dikeluhkan oleh pasien. Kecurigaan pada pasien stroke subklinis haruslah ada bila berhadapan dengan pasien dengan factor resiko seperti diatas.

Bila diabaikan, stroke subklinis ini akan berlanjut menjadi stroke klinis dengan gejala neurologis yang berat atau demensia vaskuler. Stroke subklinis pada umumnya menyerang substansia alba dengan manifestasi gejala gangguan perilaku, pengambilan keputusan, gangguan memori jangka pendek dan bahkan depresi.

Pemeriksaan dengan CT Scan atau MRI dilakukan paa pasien yang terjaring pada pemeriksaan neuropsikologi. Hal ini penting untuk mendeteksi adanya sumbatan kecil dan untuk menyingkirkan kemungkinan diagnosis banding. Pelacakan yang lebih teliti harus pula dikerjakan untuk mencari factor resiko vaskuler yang penting.

Masih banyaknya fasilitas kesehatan di Indonesia yang tidak memiliki pemeriksaan penunjang pencitraan radiologi. Pada keadaan demikian tentulah lebih baik berfokus pada upaya pencegahan. Kewaspadaan akan berbagai factor resiko vaskuler haruslah ditingkatkan. Hipertensi sebagai silent killer karena tidak memberikan gejala spesifik. Banyak pasien yang dating berobat ketika kerusakan vaskuler telah parah

sumber : KR edisi Minggu, 26 Oktober 2009

No comments:

Post a Comment