Dunia akhir-akhir ini digemparkan dengan berita yang dapat dibilang spektakuler. Sebuah berita yang dapat mengancam peradaban manusia. Berita yang dapat membuat sejarah manusia hanya menjadi catatan simbol belaka.
Dunia digemparkan dengan berita flu babi. Flu babi yang merupakan serotype dr H1N1 merupakan virus yang mematikan yang dapat membumi hanguskan survival umat manusia yang dapat menggerus peradaban manusia tinggal cerita belaka.
Serotype H1N1 merupakan gabungan serotype dari tipe flu burung dan flu manusia. Artinya virus tersebut dapat bermutasi dengan cepat begitu bereplikasi pada sel inang. Serotype ini menurut WHO masih dapat dijinakkan, akan tetapi tidak tahu sampai kapan mampu dijinakkan ketika intelektual manusia harus bersaing dengan intelektual virus yang mudah sekali untuk mutasi dan replikasi. Begitu ditemukan antiviral spesifik, saat itu juga virus tersebut langsung dapat memperbaharui serotypenya.
Menurut info di Media elektronik, virus tersebut dalam 3 hari ini sudah membunuh 103 orang dan menjangkiti 1000 orang. Bahkan sudah menyebar ke AS, Prancis, Selandia baru. Virus ini mematikan dan dapat menular dari manusia ke manusia.
Belum selesai masalah dengan flu burung dan flu singapura. Muncul pandemi flu babi yang memang ancaman global. Peradaban manusia bisa hanya tinggal catatan sejarah belaka.
Analisa Sosial
Jika menggunakan pisau analisa sosial kasus flu babi yang sangat mengejutkan ini. Kita dapat mempertajam dengan analisa kasus Flu Burung dan Wabah Kolera yang menyerang Zimbabwe beberapa waktu yang lalu. Ketika flu burung menjadi topik bahasan dunia. Negara-negara kapitalis memanfaatkan momentum ini untuk meraup keuntungan dengan membuat vaksin yang dapat mengeradikasi flu burung. Sampel virus yang digunakan untuk membuat antivirus ternyata diambil dari virus negara yang terjangkit, kemudian diproses di laboratorium US Navy. Setelah terbentuk antiviralnya kemudian antivirasl tersebut dijual dengan harga mahal ke negara yang justru memasok sampel virus tersebut.
Kasus wabah kolera yang membunuh sekitar 5000 warga zimbabwe karena kepentingan politik kelompok kapitalis yang ingin menggulingkan kekuasaan Presiden Robert Mugabe. Anak-anak menjadi korban utama. Semua negara terdiam, bahkanWHO pun hanya sanggup menutup mata melihat feomena ini tanpa berkutik sedikitpun. Jelas sekali motif tindakan kapitalis untuk menggulingkan status quo pemerintahan Mugabe yang sudah berkuasa lama.
Pun begitu denga kasus flu babi yang terksesan sengaja dipolitisir oleh kepentingan kelompok tertentu untuk mendapatkan kuntungan lebih. Bukan tidak mungkin akan dibuat antivirus yang dapat menangkal serangan virus H1N1 yang hasil keuntungan penjualan antivirus tersbut akan menjadi hak sepenuhnya pemilik modal kaum borjuasi.
Mekanisme share profit dan transpartansi harus diletakkan sebagai pondasi utama untuk menegakkan kebenaran dan keadilan. Kasus antivirus flu burung yang mana negara terjangkit justru harus membeli antivirus tersebut dengan harga yang mahal. profit sharing juga dilakukan secara egaliter dan terbuka. Sistem yang dianut sangat eksklusif mengabaikan semangat egaliterian.
Pisau analisa kita harus mampu mengarahkan ke hal-hal yang sangat mengganjal. ketika permasalahan ini muncul, siapa yang akan berperan menjadi hero dan siapa yang akan diuntungkan dari investasi politik kesehatan global.??
Permasalahan paling mendasar adalah jika hal ini dibiarkan terus menerus, hanya negara kapitalis yang akan menjadi pemenangnya. Lagi-lagi negara dunia ketiga menjadi objek dungu yang tidak bisa berbuat apa-apa. Bukan tidak mungkin, kedepannya virus tersebut dapat bereplikasi dan mutasi sehingga kelangsungan ummat manusia sudah dapat diprediksi, sekarang atau nanti.
Wallahualam..
Dunia digemparkan dengan berita flu babi. Flu babi yang merupakan serotype dr H1N1 merupakan virus yang mematikan yang dapat membumi hanguskan survival umat manusia yang dapat menggerus peradaban manusia tinggal cerita belaka.
Serotype H1N1 merupakan gabungan serotype dari tipe flu burung dan flu manusia. Artinya virus tersebut dapat bermutasi dengan cepat begitu bereplikasi pada sel inang. Serotype ini menurut WHO masih dapat dijinakkan, akan tetapi tidak tahu sampai kapan mampu dijinakkan ketika intelektual manusia harus bersaing dengan intelektual virus yang mudah sekali untuk mutasi dan replikasi. Begitu ditemukan antiviral spesifik, saat itu juga virus tersebut langsung dapat memperbaharui serotypenya.
Menurut info di Media elektronik, virus tersebut dalam 3 hari ini sudah membunuh 103 orang dan menjangkiti 1000 orang. Bahkan sudah menyebar ke AS, Prancis, Selandia baru. Virus ini mematikan dan dapat menular dari manusia ke manusia.
Belum selesai masalah dengan flu burung dan flu singapura. Muncul pandemi flu babi yang memang ancaman global. Peradaban manusia bisa hanya tinggal catatan sejarah belaka.
Analisa Sosial
Jika menggunakan pisau analisa sosial kasus flu babi yang sangat mengejutkan ini. Kita dapat mempertajam dengan analisa kasus Flu Burung dan Wabah Kolera yang menyerang Zimbabwe beberapa waktu yang lalu. Ketika flu burung menjadi topik bahasan dunia. Negara-negara kapitalis memanfaatkan momentum ini untuk meraup keuntungan dengan membuat vaksin yang dapat mengeradikasi flu burung. Sampel virus yang digunakan untuk membuat antivirus ternyata diambil dari virus negara yang terjangkit, kemudian diproses di laboratorium US Navy. Setelah terbentuk antiviralnya kemudian antivirasl tersebut dijual dengan harga mahal ke negara yang justru memasok sampel virus tersebut.
Kasus wabah kolera yang membunuh sekitar 5000 warga zimbabwe karena kepentingan politik kelompok kapitalis yang ingin menggulingkan kekuasaan Presiden Robert Mugabe. Anak-anak menjadi korban utama. Semua negara terdiam, bahkanWHO pun hanya sanggup menutup mata melihat feomena ini tanpa berkutik sedikitpun. Jelas sekali motif tindakan kapitalis untuk menggulingkan status quo pemerintahan Mugabe yang sudah berkuasa lama.
Pun begitu denga kasus flu babi yang terksesan sengaja dipolitisir oleh kepentingan kelompok tertentu untuk mendapatkan kuntungan lebih. Bukan tidak mungkin akan dibuat antivirus yang dapat menangkal serangan virus H1N1 yang hasil keuntungan penjualan antivirus tersbut akan menjadi hak sepenuhnya pemilik modal kaum borjuasi.
Mekanisme share profit dan transpartansi harus diletakkan sebagai pondasi utama untuk menegakkan kebenaran dan keadilan. Kasus antivirus flu burung yang mana negara terjangkit justru harus membeli antivirus tersebut dengan harga yang mahal. profit sharing juga dilakukan secara egaliter dan terbuka. Sistem yang dianut sangat eksklusif mengabaikan semangat egaliterian.
Pisau analisa kita harus mampu mengarahkan ke hal-hal yang sangat mengganjal. ketika permasalahan ini muncul, siapa yang akan berperan menjadi hero dan siapa yang akan diuntungkan dari investasi politik kesehatan global.??
Permasalahan paling mendasar adalah jika hal ini dibiarkan terus menerus, hanya negara kapitalis yang akan menjadi pemenangnya. Lagi-lagi negara dunia ketiga menjadi objek dungu yang tidak bisa berbuat apa-apa. Bukan tidak mungkin, kedepannya virus tersebut dapat bereplikasi dan mutasi sehingga kelangsungan ummat manusia sudah dapat diprediksi, sekarang atau nanti.
Wallahualam..
No comments:
Post a Comment