Wednesday, 29 April 2009
RESUSITASI JANTUNG PARU (RJP)
PENDAHULUAN1
Resusitasi Jantung Paru-paru (RJP), bertujuan untuk mengembalikan fungsi system Cardio respirasi dan otak yang terganggu atau terhenti agar menjadi normal dalam waktu singkat. Keberhasilan RJP dimungkinkan karena ada waktu diantara mati klinis dan mati biologis.
Kematian klinis adalah henti nafas dan henti jantung dan semua aktifitas otak terhenti sementara, tetapi masih reversible. Dengan RJP dan terapi yang optimal, semua fungsi alat tubuh dapat dipulihkan kembali. Bila keadaan mati klinis tidak segera ditolong dalam waktu 4-6 menit, akan terjadi kematian biologis. Kematian biologis merupakan suatu proses nekrotisasi semua jaringan tubuh dimulai dari otak, jantung, ginjal, paru-paru dan hati. Sesudah tiga menit mati klinis RJP dapat memulihkan 75% kasus tanpa gejala sisa. Persentasi ini turun menjadi 50% sesudah empat menit dan 25% sesudah 5 menit.
PRINSIP RESUSITASI1
Supaya kita tetap hidup, otak harus selalu mendapat oksigen. Oksigen dibawa kejaringan melalui sirkulasi darah. Pompa yang mempertahankan suplai oksigen ini adalah jantung. Apabila jantung berhenti berdenyut (henti jantung) akan menyebabkan kematian kalau tidak segera ditolong. Pada beberapa keadaan tentu digunakan mesin yang disebut “Defebrirator”.
Biasanya selalu dibawa di ambulans untuk memulihkan detak jantung. Nyawa korban dapat diselamatkan bila tiga kebutuhan berikut ini terpenuhi :
• Aliran darah beroksigen ke otak segera dipulihkan melalui pernafasan buatan dan kompresi jantung (RJP).
• Segera melakukan defebrilasi.
• Korban segera dibawa ke rumah sakit untuk diberi pengobatan dan perawatan spesialistis. Segera melaksanakan RJP dapat menjembatani tangga waktu saat korban kolaps dengan kedatangan ambulans bersama defebrilatornya. Untuk pelaksanaan RJP ada aturan yang baku.
Resusitasi Jantung Paru terdiri atas :
1. Bantuan Hidup Dasar (BHD) / Basic Life Support (BLS), hal yang berhubungan dengan BHD adalah :
a. Mengenai sumbatan jalan nafas, henti nafas, henti jantung.
b. Membuka dan mempertahankan terbukanya jalan nafas.
c. Memberikan bantuan pernafasan.
d. Melakukan kompresi jantung luar.
2. Bantuan Hidup Lanjut (BHL) / Advance Life Support, terdiri dari BHD ditambah dengan penggunaan :
a. Peralatan dan teknik khusus untuk membantu ventilasi dan sirkulasi.
b. Pemantauan EKG.
c. Defebrilator.
d. Konulasi Intravena / infuse.
e. Obat-obatan.
BANTUAN HIDUP DASAR (BHD) - BASIC LIFE SUPPORT (BLS)
Bila terjadi henti nafas primer, jantung dapat terus menerus memompa darah selama beberapa menit dan sisa O2 yang ada dalam paru-paru dan darah akan terus beredar ke otak dan organ vital lain.
Penanganan dini pada korban henti nafas / sumbatan jalan nafas dapat mencegah henti jantung. Penilaian tahapan BHD sangat penting. Pada korban yang tiba-tiba kolaps, kesadaran harus segera ditentukan dengan tindakan goncangan dan teriakan. Bila tidak dijumpai tanggapan, korban diletakkan dalam posisi terlentang dan ABC (Airway, Breathing, Circulation), BHD dilakukan sementara itu mintalah pertolongan.2
Sebelum Memulai Pertolongan : 3
1. Keamanan.
2. Meminta bantuan.
3. Kesadaran.
4. Baru mulai pertolongan (ABC).
Meminta Pertolongan
Cara Memeriksa Kesadaran1
Ajukan pertanyaan atau perintah yang mudah, misalnya apa yang terjadi? Atau buka mata anda, dengan suara keras dan jelas dekat telinga korban, goncang bahunya perlahan-lahan.
• Korban yang kesadarannya terganggu mungkin berkomat-kamit, mengerang, atau bergerak sedikit.
• Korban yang tidak sadar tidak akan memberi reaksi.
Cara Cepat Menilai Kesadaran :4
• A : Alert (sadar)
• V : Voice (respon terhadap suara)
• P : Pain (respon terhadap nyeri)
• U : Unresponsive (tidak ada respon)
Memeriksa Kesadaran
Tahapan BHD
A. (AIRWAY / Jalan Nafas) :
Sumbatan jalan nafas oleh lidah adalah merupakan persoalan yang sering timbul pada korban tidak sadar yang terlentang. Resusitasi tidak akan berhasil bila sumbatan tidak diatasi. Ada tiga cara yang dianjurkan untuk menjaga agar jalan nafas tetap terbuka.
Pada metode ekstensi kepala dan angkat leher, penolong mengektensikan kepala korban dengan satu tangan, sementara tangan yang lain menyanggah bagian atas leher korban. Metode ekstensi, kepala angkat dagu, kepala diekstensikan dan dagu diangkat keatas, dan metode ekstansi kepala dan mendorong mandibula. Hati-hati pada penderita : patah leher, jangan mengekstensikan kepala, lebih aman mendorong mandibula saja.2
Membuka Jalan Nafas1
Korban yang tidak sadar, jalan nafasnya mungkin menyempit atau tersumbat sehingga pernafasannya sulit dan berbunyi atau tidak bernafas sama sekali.
Penyebab utama keadaan ini adalah kelumpuhan otot-otot tenggorokan sehingga lidah jatuh kebawah dan menutupi batang tenggorokan. Dengan mengangkat dagu korban dan menarik kepalanya kebawah, lidah terangkat dan tidak lagi menutup pintu jalan nafas.
Jalan nafas tersumbat otot menjadi lumpuh karena korban tidak sadar sehingga lidah jatuh kebawah dan menutup jalan nafas. Korban tidak bernafas, jalan nafas akan terbuka dengan posisi kepala ditarik kebawah dan dagu diangkat, lidah terangkat dari belakang tenggorokan sehingga jalan nafas menjadi bebas.
Untuk Membuka Jalan Nafas1
1. Keluarkan sumbatan yang jelas terlihat didalam mulut.
2. Letakkan dua jari anda dibawah dagu korban, dan rahangnya diangkat. Pada saat bersamaan letakkan tangan anda pada dahi korban kepala ditarik kearah belakang bawah.
Jika anda menduga cedera kepala atau leher, pegang kepalanya secara hati-hati dan hanya ditarik secukupnya agar jalan nafas terbuka.
Atas : Obstruksi
Bawah : Head Tilt dan Chin Lift
Suspect Neck Trauma
Jaw Thrust
Bila pasien dapat bernafas dengan baik dan hanya kehilangan kesadarannya saja maka pasien di posisikan pada posisi mantap / pemulihan.
Posisi mantap/ pemulihan
B. (BREATHING / Pernafasan) :
Setelah jalan nafas terbuka, penolong harus menilai apakah pasien dapat bernafas spontan. Ini dilakukan dengan mendengar, melihat dan merasakan nafas penderita. Bila pernafasan spontan tidak timbul, beri pernafasan buatan, yakni dengan mulut ke mulut (Mouth to Mouth), dilakukan dengan mempertahankan kepala dan leher penderita dalam sikap terlentang dan jalan nafas dalam keadaan terbuka.2
Kemudian tutup / pencet hidung penderita. Berikan 2 kali nafas buatan, kemudian segera raba denyut nadi Karotis / Femoralis. Bila ia berhenti nafas tetapi masih ada denyut nadi, berikan ventilasi setiap 5 detik. Bila nadi tidak teraba, 2 kali ventilasi dalam diberikan sesudah 30 kali kompresi dada pada resusitasi yang dilakukan 2 orang penolong. Tanda-tanda ventilasi yang adekuat adalah dada korban yang terlihat naik turun dengan amplitudo yang cukup dan ada udara keluar melalui hidung dan mulut penderita selama ekspirasi. Penyebab henti nafas ini, biasanya : sumbatan jalan nafas oleh benda asing, sengatan listrik, tenggelam, keracunan, henti jantung, tumor otak.2
Memeriksa Pernafasan
Letakkan wajah anda dekat mulut korban dan lihat, dengarkan serta rasakan adanya pernafasan
• Lihat gerakan dadanya
• Dengar suara nafasnya
• Rasakan nafasnya pada pipi anda
Lihat, dengar dan rasakan selama 5-10 detik sebelum memutuskan korban tidak bernafas.
Memeriksa pernafasan
Bila ventilasi dari mulut ke mulut tidak berhasil baik walaupun jalan nafas telah dicoba dibuka, faring korban harus diperiksa untuk melihat apakah ada sekresi atau benda asing. Pada tindakan jari menyapu, korban hendaknya digulingkan pada salah satu sisinya. Sesudah dengan paksa membuka mulut korban dengan satu tangan memegang lidah dan rahangnya, penolong memasukkan jari telunjuk dan jari tengah tangan yang lain ke dalam satu sisi mulut korban, melalui bagian belakang faring, keluar lagi melalui sisi lain mulut korban dalam satu gerakan menyapu. Bila tindakan ini gagal untuk mengeluarkan benda asing, hendaknya dikerjakan hentakan abdomen (abdominal thrust / gerak Heimlich) atau hentakan dada (chest thrust). Hentakan dada dilakukan pada korban yang telentang, teknik sama dengan kompresi dada luar. Urutan yang dianjurkan adalah :
• Berikan 6-10 kali hentakan abdomen.
• Buka mulut dan lakukan sapuan jari
• Reposisi pasien, buka jalan nafas dan coba beri ventilasi buatan.
Urutan ini hendaknya diulang sampai benda asing keluar dan ventilasi buatan dapat dilakukan dengan sukses.2
Mengeluarkan sumbatan
Abdominal thrust – Heimlich manuver
Cara pemberian nafas buatan
Pernafasan Buatan1
Nafas yang dihembuskan masih mengandung 16% oksigen dan masih bias dipakai untuk pernafasan korban bila ditiupkan kedalam paru-parunya. Cara melakukan tergantung kondisi korban :
• Kalau korban tidak bernafas tetapi nadinya masih berdenyut, lakukan 12 kali pernafasan buatan, menelpon meminta bantuan, kemudian teruskan pernafasan buatan12 kali permenit sampai korban mulai bias bernafas sendiri atau sampai bantuan datang. Periksa nadinya setelah setiap 12 kali pernafasan buatan.
• Kalau pernafasan dan detak jantungnya berhenti, pertama-tama telpon meminta bantuan, kompresi jantung.
Pernafasan Mulut ke Mulut1
1. Korban dibaringkan terlentang, jika ada sumbatan dibersihkan dahulu, misalnya gigi palsu yang patah atau bergeser. Gigi palsu yang masih baik dibiarkan ditempatnya.
2. Jalan nafas korban dibuka dengan menarik kepala ke bawah dan mengangkat dagunya.
3. Tutup hidung korban dengan cara dipijat dengan telunjuk dan ibu jari. Tarik nafas panjang dan letakkan bibir anda menutupi mulut korban, jangan sampai kebocoran.
4. Hembuskan nafas anda kedalam mulut korban sampai dadanya tampak terangkat. Hembuskan selama 2 detik.
5. Angkat bibir anda dan biarkan dadanya turun kembali. Lakukan pernafasan buatan berikutnya dengan cara yang sama.
Kalau Dada Tidak Terangkat1
Kalau udara nafas anda tidak masuk kedalam paru-paru korban, periksa apakah :
• Kepalanya sudah tertarik cukup jauh kebawah
• Mulut anda sudah menutupi mulut korban dengan baik
• Hidung korban sudah tertutup dengan baik
• Jalan nafas tidak tersumbat oleh muntahan darah atau benda asing.
Cara Lain Melakukan Pernafasan Buatan1
Dalam situasi seperti menyelamatan korban dari air atau cedera pada mulut sehingga tidak bisa ditutup, anda dapat melakukan cara pernafasan buatan melalui mulut ke hidung. Meskipun meniupkan udara lewat hidung lebih mudah, tetapi udara sukar masuk kedalam paru-paru karena bagian hidung yang lunak dapat menutup ke belakang dan berfungsi sebagai katup.
Pernafasan Mulut ke Hidung1
1. Mulut korban ditutup, tutup hidung korban dengan mulut anda, kemudian tiupkan nafas anda.
2. Buka mulut korban supaya nafasnya keluar. Lakukan terus dengan kecepatan tetap.
C. (CIRCULATION / Sirkulasi) :
Tidak adanya nadi yang teraba pada arteri besar merupakan tanda utama henti jantung. Henti jantung adalah gambaran klinis berhentinya. Sirkulasi mendadak pada seorang yang tidak terduga mati, pada waktu itu terjadi penghentian tiba-tiba kerja pompa jantung. Diagnosa henti jantung dapat ditegakkan bila pasien tidak sadar dan kompresi dada luar diperlukan dalam keadaan ini. Penyebab dari henti jantung ini biasanya : Penyakit jantung, henti nafas, keracunan berat, sengatan listrik, tenggelam, gangguan elektrolit dll.1
Penderita hendaknya terlentang pada permukaan yang datar. Penolong berlutut disamping penderita meletakkan pangkal sebelah tangannya diatas pertengahan bawah sternum sepanjang sumbu panjang dengan jarak 2 jari diatas persambungan sifois-sternum. Tangan yang lain diletakkan diatas pertama.2
Dengan jari-jari terkunci, tangan lurus dan kedua bahu tepat diatas sternum penderita, penolong memberikan tekanan vertical kebawah yang cukup untuk menekan sternum. Setelah kompresi harus ada relaksasi, tetapi kedua tangan tidak boleh diangkat dari dada korban. Bila dengan satu penolong, 15 kompresi 2 ventilasi (1 menit harus ada 4 daur kompresi dan ventilasi). Bila ada 2 penolong, 5 kompresi dan 1 ventilasi.2
Setelah 4 daur kompresi dan ventilasi, lakukan reevaluasi pasien.
Periksa apakah denyut arteri Karotis sudah timbul. Bila tidak ada, mulai lagi RJP. Bila ada denyut nadi, periksa pernafasaan, bila ada pantau nadi dan pernafasan dengan ketat. Bila nafas tidak ada, lakukan nafas buatan 12 kali / menit dan pantau nadi dengan ketat. Bila RJP dilanjutkan sesudah beberapa menit dihentikan dan periksa apakah sudah timbul nadi dan nafas spontan dan begitu seterusnya.2
Memeriksa Denyut Nadi
Jika detak jantung cukup baik akan terjadi denyutan pada leher (denyutan karotis), yaitu tempat arteri karotis yang besar masuk kedalam rongga kepala. Arteri-arteri ini terdapat di kedua sisi laring, diantara jakun dan “jalinan otot” yang berjalan dari telinga melintas leher menuju bagian atas tulang dada.
Memeriksa Denyut Karotis
1. Kepalanya ditarik kebawah, raba jakunnya dengan dua jari, kemudian jari digeser kecelah antar jakun dan jalinan otot. Disitu akan teraba denyutan.
2. Raba selama 5 detik sebelum memutuskan tidak ada denyutan.
Denyut Arteri Karotis
Memulihkan Sirkulasi1
Kalau tidak ada nadi berarti detak jantung berhenti. Untuk itu anda harus melakukan sirkulasi buatan dengan kompresi dada untuk mengalirkan darah ke otak. Agar berguna bagi otak, darah harus mengandung oksigen. Karena itu kompresi dada digabungkan dengan pernafasan buatan.
Kompresi Dada1
1. Korban ditelentangkan pada alas yang keras, anda berlutut disisi korban. Cari salah satu rusuk korban bagian bawah dengan telunjuk dan jari tengah tengah anda. Geser jari anda kearah tengah sampai titik pertemuan tulang rusuk dengan tulang dada. Letakkan jari tengah diatas titik ini dan jari telunjuk diatas tulang dada.
2. Letakkan pangkal tangan anda yang kedua diatas tulang dada kemudian geser sampai menyentuh telunjuk tangan pertama. Ini adalah titik untuk melakukan penekanan.
3. Letakkan pangkal tangan pertama diatas tangan kedua, lalu jari-jari kedua tangan saling ditautkan.
4. Anda membungkuk diatas korban, lengan diluruskan. Kemudian tulang dada korban ditekan secara vertical sedalam kira-kira 4-5 cm, kemudian tekanan dilepas dengan mengankat tangan anda.
5. Lakukan kompresi dengan kecepatan kira-kira 80x / menit.
Bila Hanya Seorang Penolong1
1. Segera meminta bantuan / ambulans
2. Buka jalan nafas korban seperti biasa, kemudian lakukan 2 x pernafasan buatan.
3. Pindahkan tangan anda ke dada korban, dan lakukan kompresi 15 kali.
4. Kembali ke kepala dan berikan dua nafas buatan lagi.
5. Lakukan kompresi 15 kali lagi.
6. Terus berikan 2 kali pernafasan dan 15 kali kompresi sampai bantuan datang.
Bila ada tanda-tanda pulihnya sirkulasi, adanya denyutan maka periksa pernafasan. Kalau belum ada, pernafasan buatan diteruskan. Periksa nadinya setelah setiap 12 kali pernafasan, dan bersiap-siaplah melakukan kompresi dada lagi jika nadinya hilang lagi. Bila korban sudah kembali bernafas tanpa dibantu, baringkan dalam posisi pemulihan. Periksa kembali pernafasan dan denyut nadinya setiap tiga menit.
Bila Ada Dua Penolong
Seseorang menelpon minta bantuan, yang lain segera melakukan RJP. Kemudian bisa diteruskan seperti diatas secara bergantian, atau yang satu melakukan kompresi dada, temannya memberi satu pernafasan buatan setiap lima kali kompresi. Istirahat sejenak untuk melihat apakah dada korban sudah terangkat tetapi jangan menunggu dada turun lagi sebelum diteruskan dengan kompresi.
PENILAIAN HASIL BANTUAN HIDUP DASAR2
RJP yang dilakukan pada penderita yang mengalami henti jantung dapat memberi beberapa kemungkinan hasil :
1. Korban sadar kembali.
2. Korban dinyatakan mati, karena pertolongan RJP terlambat / tidak betul.
3. Korban belum dinyatakan mati dan belum timbul denyut jantung spontan, ini perlu pertolongan lebih lanjut dengan bantuan hidup lanjut (BHL).
4. Denyut jantung spontan timbul tetapi korban belum pulih kesadarannya. Nafas spontan bisa ada, bisa tidak.
RJP TIDAK DILAKUKAN PADA KEADAAN SEBAGAI BERIKUT2
1. Kematian normal, seperti yang biasa terjadi pada penyakit akut atau kronik yang berat. Pada keadaan ini denyut jantung dan nadi berhenti pertama kali pada suatu saat, ketika tidak hanya jantung tetapi organisme secara keseluruhan begitu terpengaruh oleh penyakit tersebut sehingga tidak mungkin untuk tetap hidup lebih lama lagi.
2. Stadium terminal suatu penyakit yang tidak bisa disembuhkan lagi.
3. Bila hampir dapat dipastikan bahwa fungsi serebral tidak akan pulih, yaitu ½ - 1 jam terbukti tidak ada nadi tanpa RJP.
4. Keinginan pasien.
DALAM KEADAAN DARURAT, RESUSITASI DAPAT DIAKHIRI BILA ADA SALAH SATU DARI BERIKUT INI :2
1. Telah timbul kembali sirkulasi dan ventilasi spontan yang efektif.
2. Upaya resusitasi telah diambil alih oleh orang lain yang bertanggung jawab meneruskan resusitasi (bila tak ada dokter).
3. Seorang dokter mengambil alih tanggung jawab (bila tak ada dokter sebelumnya).
4. Penolong terlalu capai sehingga tidak sanggup meneruskan resusitasi
5. Pasien dinyatakan mati
6. Setelah dimulai resusitasi, ternyata kemudian diketahui bahwa pasien dalam stadium terminal suatu penyakit yang tak dapat disembuhkan atau hampir dapat dipastikan bahwa fungsi serebral tak akan pulih.
TEKNIK PADA BAYI DAN ANAK-ANAK2
Prinsip BHD pada bayi dan anak adalah sama dengan pada orang dewasa. Akan tetapi karena ketidasamaan ukuran, diperlukan modifikasi teknik :
1. Ektensi kepala yang berlebihan dapat menyebabkan sumbatan jalan nafas pada bayi dan anak kecil. Kepala hendaknya dijaga dalam posisi netral selama diusahakan membuka jalan nafas pada kelompok ini.
2. Pada bayi dan anak kecil ventilasi mulut ke mulut dan hidung lebih sesuai daripada ventilasi mulut ke mulut atau mulut ke hidung. Pemberian ventilasi harus lebih kecil volumenya dan frekuensi ventilasi harus ditingkatkan menjadi 1 ventilasi tiap 3 detik untuk bayi dan 1 ventilasi tiap 4 detik untuk anak-anak.
3. Pukulan punggung dengan pangkal tangan dapat diberikan pada bayi diantara 2 skapula dengan korban terlungkup dan mengangkang pada lengan penolong dan hentakan dada diberikan dengan bayi telentang, kepala terletak di bawah melintang pada paha penolong. Pukulan punggung pada anak yang lebih besar dapat diberikan dengan korban telungkup melintang di atas paha penolong dengan kepala lebih rendah dari badan, dan hentakan dada dapat diberikan dengan anak telentang di atas lantai.
4. Karena jantung terletak sedikit lebih tinggi dalam rongga toraks pada pasien-pasien muda, kompresi dada luar hendaknya diberikan dengan 2 jari pada 1 jari di bawah titik potong garis puting susu dengan sternum pada bayi dan pada tengah pertengahan bawah sternum pada anak. Penekanan sternum 1,5-2,5 cm efektif untuk bayi, tetapi pada anak diperlukan penekanan 2,5-4 cm. Pada anak yang lebih besar, hendaknya digunakan pangkal telapak tangan untuk kompresi dada luar.
5. Selama henti jantung, pemberian kompresi dada luar harus minimal 100 kali per menit pada bayi dan 80 kali per menit pada anak-anak. Perbandingan kompresi terhadap ventilasi selalu 5 : 1
Labels:
Emergensi
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment