Pages

Thursday, 9 April 2009

Demokrat benar-benar Demokrat!!


Pesta Demokrasi yang berlangsung tgl 9 April kemarin benar-benar memberikan tamparan bagi parpol besar seperti PDIP dan Golkar. Kejutan datang dari si anak bawang 4 tahun lalu, Demokrat. Walaupun penghitungan maunal KPU masih dalam proses, akan tetapi dari berbagai survey yang dilakukan oleh lembaga survey menunjukkan angka yang cukup signifkan memenangkan Demokrat jauh diatas pesaing-pesaing partai lain. Tamparan yang cukup pedas pada kubu Golkar yang notabene pemenang pemilu 2004. Suara Golkar terjun bebas dari tahun 2004 memenangkan 23% turun disepertinya tidak akan beranjak dari 14% suara. Suatu hasil yang sangat mengecewakan bagi elitis Golkar karena selama ini Golkar tidak pernah sampai turun terjun bebas seperti pemilu 2009 ini.

Demokrat dengan posisinya yang cukup strategis dipemerintahan dengan kebijakan SBY yang super populis mendekati pemilu unu semakin membuat kepercayaan publik meningkat. Iklan-iklan kampanye Demokrat di TV menunjukkan kinerja yang konkrit pemerintahan. Dalam iklan tersebut dijelaskan kesuksesan BLT, Jamkesmas, penurunan angka kemiskinan, swasembada beras dan sebagainya. Bukti kinerja nyata dan sosok SBY yang kharismatik semakin memantapkan pilihan rakyat pada Demokrat. Sosok kepemimpinan yang artifisial SBY justru memainkan peran tersendiri bagi rakyat. Akan tetapi perlu dicatat bahwa jika Demokrat terus menerus menggantungkan diri dengan sosok SBY sementara tidak membenahi infrastruktur partai tentunya 5 atau 10 tahun lagi Demokrat akan susah untuk dapat berkuasa kembali.

Fenomena yang terbalik justru terjadi pada Golkar. Partai yang tahun 2004 menjadi partai pemenang pemilu akhirnya harus anjlok sampai 6%. Hasil yang sangat buruk yang didapatkan golkar seperti mimpi buruk disiang hari. Banyak faktor yang menjadi masalah tersendiri mengapa suara golkar anjlok. Salah satu alasan yang dapat dikedepankan adalah tidak ada ketegasan Golkar dalam mengusung Capres yang notabene pemenang pemilu 2004. Setelah digosok-gosok oleh Ahmad Mubarok baru keluar kandang. Hal ini sebenanrnya mengindikasikan bahwa Golkar masih wait and see masalah capres. Analisa kami, bahwa JK pada dasarnya masih ingin bersanding dengan SBY karena tingkat popularitas SBY meningkat dibanding JK dan tingkat elektibilitas SBY lebih tinggi dibanding JK. Selain itu peta perpolitikan juga mengarahkan Demokrat lebih diinginkan oleh konstituen karena keberhasilan pemrintahan. Sebenarnya JK sendiri masih setengah hati untuk berpisah dengan SBY. Ketidak tegasan inilah yang membuat rakyat juga ogah-ogahan memilih Golkar.

Masalah lain yang juga menjadi kandasnya suara golkar adalah kedua tokoh sentral golkar pada pemilu 2004 seperti Prabowo Subianto dan Wiranto memilih untuk pindah kapal yang sedikit banyak menggembosi suara golkar.

Yang menarik untuk dicermati juga adalah partai kelas menengah yang sampai hasil tabulasi KPU masih saling menyelip antara PKS, PPP, PAN dan PKB ditambah Gerindra dan Hanura. Partai tengah ini masih saling salinp menurut sumber dari beberapa lembaga survey.

Yang menarik dibahas saat ini adalah koalisi pasca pileg. Apakah golkar masih berfikir realistis dengan hasil yang berkisar 14-15% suara untuk mengajukan Capres atau secara idealis Golkar mengambil posisi Cawapres. Masalahnya sekarang Koalisi dengan siapa? Ketika SBY masih mencari sosok yang ideal untuk menjadi pendamping cawapres, apakah JK akan berduet kembali dengan SBY atau seperti apa?? Atau bahkan siap membuat koalisi golden triangle dengan PPP dan PDIP? Apakah segmentasi peta perpolitikan tanah air akan mengarahkan Indonesia pada struktur kepemimpinan baru atau akan tetap berlanjut seperti saat ini. Hanya waktu yang akan membuktikan siapakah yang akan menjadi pemenang sejati.

No comments:

Post a Comment