Pages

Friday, 19 February 2010

mitos ari-ari

ANGGAPAN bahwa ari-ari merupakan saudara kembar dari si bayi sah-sah saja. Mitos ini muncul karena sepanjang sejarah kehamilan, ari-ari (plasenta) selalu mendampingi sang janin. Jadi, sebenarnya bayi berharap banyak dari "teman seperjuangannya" selama dalam kandungan ibu, sebagai sumber makanan bagi janin. Nah, berharap banyak itu lah yang didengungkan orangtua pada budaya mengubur ari-ari.

Sesuai dengan mitos, budaya dan filosofinya, tata cara perlakuan ari-ari juga berbeda dari satu daerah ke daerah yang lainnya. Tak heran, ada tradisi yang memerlakukan secara khusus sesuai adat istiadat mereka masing-masing. Antara lain:

Mitos orang Jawa

Menguburkan ari-ari dalam tanah dengan harapan agar si anak dekat dengan keluarganya, merasa hangat dan tentram dalam keluarganya. Selalu berkumpul walau dalam keadaan apapun juga. Mangan ora mangan, asal ngumpul.

Mitos orang Medan, Minang (Padang), Cina, Wajo, Bugis, Makassar

Melarung ari-ari ke laut, agar si anak mobilitasnya tinggi dan dapat merantau kemana-mana dan dapat menguasai alam raya ini.

Mitos orang Tengger

Digantung dengan kendil di depan rumah, agar si anak tidak jauh dari tanah kelahirannya.

Mitos orang Bone

Mengubur ari-ari di bawah pohon kelapa. Harapannya agar kelak memiliki martabat tinggi sekaligus memberikan banyak manfaat bagi masyarakat. Potongan plasenta dan ari-ari dibungkus menyerupai bantal kecil sebesar jempol, di selipkan di pinggang sebagai pelindung bala atau marabahaya.

sumber :
http://okezone.com/



No comments:

Post a Comment