Pages

Thursday, 16 July 2009

Aku kehilangan pasienku..

Seperti biasa, setiap harinya selalu saja follow up di bangsal. Hari itu dengan semangat seperti biasanya, aku jalani kegiatan di bangsal. Pasienku semakin hari semakin sedikit. Maklum udah pada BLPL semua, Alhamdulillah. Tapi masih ada yang mengganjal ketika masuk ruang 5, pasienku yang mengalami koma hipoglikemia mendadak dying. Setelah aku periksa dengan detail muali dari TD, Nadi ampe Respi and Suhu ternyata ada something wrong with him..

Pasien TD tidak terukur dan sangat lemah, apalagi nadinya. Nadi di arteri radialis dan brakhialis tidak teraba, arteri carotis teraba sangat lemah sekali kadang hilang kadang muncul dengan keadaan lemah. Pola pernapasan sudah ada periode apneu. Cek pupil masih ada respon walaupun sangat lambat sekali. Sontak begitu tahu pasien sudah dalam keadaan dying, langsung call dokter konsultan dan aku ceritakan keadaan pasien. Belum sempat melakukan pertolongan ternyata pasien udah plus. Aku pun tahu waktu dikasih tau binta pasienku plus, karena waktu itu aku tetapi melanjutkan follw up di bangsal lain. Aku tahu betul kondisi pasienku dari awal masuk sampai akhirnya plus. Hari demi hari aku monitor fungsi vital termasuk GDS karena pasien datang dengan kondisi koma hipoglikemia. Awal masuk GDS 29, T=Tanda Vital masih stabil, diagnti infus D 40 sempat naik 290an. Keesokan harinya drop lagi, naik lagi, sampai akhirnya drop lagi. Belum sempat dicek kembali GDSnya sudah plus. Aku berusaha untuk menenangkan keluarganya dan kami coba berikan pengertian bahwa kami sudah melakukan semaksimal mungkin. Akhirnya pihak keluarga bisa menerima.


Lain lagi pasien binta yang suspek HIV, keadaan pasien dari awal masuk demam dengan pneumonia disertai dengan diare kronik. Tapi dari hari ke hari tidak ada perubahan dengan KU pasien. Setelah mengurus pasien yang koma tadi. istri pasien mendatangi aku yang lagi menunggu dokter di depan zal. Ibu tersebut memanggil meminta bantuan bahwa suaminya nafasnya sudah tidak teratur. MAsuk ke dalam kamarnya sudah aku dapati napasnya apneu. Aku ukur nadi dan tensi juga tidak terukur. Aku lihat irsat terus aku panggil ternyata belum sempat dilakukan tindakan aku lihat sudah tidak bernafas lagi. Aku langsung teriak.. RKP sat.. RKP..!! beberapa kali aku RKP tidak ada nafas yang keluar sampai harus diganti binta and irsat tetap tidak ada perbaikan. Akhirnya aku cek pupilnya sudah midriasis.

Semoga amal ibadah mereka di terima di sisi Allah SWT.A mien

Wednesday, 15 July 2009

Pasienku Koma Hipoglikemik

Udah hampir 5 hari ini pasienku koma hipoglikemik. Tiap hari di follow up masih tidak ada perbaikan KU. Pusing juga ya, punya pasien koma. Rada berat mau menjelaskan semuanya sama keluarga pasien. Tapi mau tidak mau harus tetap menjelaskan keadaan pasien yang sebenarnya. Pasien datang ke IGD, sejak di IGD sudah dalam keadaan tidak sadarkan diri ternyata setelah di cek GDS 29. Coba banyangkan?? di rumah sudah agak lama tidak sadarkan diri sehingga terlambat dibawa ke rumah sakit.

Sampai di bangsal Melati yang kebetulan menjadi tanggung jawabku ternyata dicek lagi GDS 33. Masih belum ada perbaikan KU, akan tetapi TD dan nadi stabil. Memang sich sempat naik sampai 400 sekian, dengan pemberian D 40% akan tetapi drop kembali 29 ketika diberi RL. Setiap hari di monitor dan follow up GDS tidak ada perbaikan. Malahan pasien mengalami sepsis yang semakin hari suhunya semakin tinggi. Terjadi pneumonia dengan ronki pada auskultasi dada. Udah gitu, pupil masih tidak ada respon sejak hari pertama masuk zal. Serba salah jadinya dinaikkan malah kebablasan diturunkan juga kababalasan. Sehingga memang perlu monitoring GDS agar stabil antara 150-200. Maka keluarga pasien udah bikin panik, ribut dan aaaaarrrrggghhh... Pusing. kayaknya memang harus banyak bersabar dan tekun membaca lagi..

Doakan ya semoga pasienku koma hipoglikemik bisa cepat sadar (walaupun dari keadaan pupil sudah dapat dilihat fungsi batang otaknya sudah menurun, there something in ARAS).

Tuesday, 14 July 2009

Kupu-Kupu Bersayap Patah..

Dalam hayalanku..
Tadi pagi.. aku bertemu seekor kupu-kupu yang terbang rendah.. semakin lama semakin turun ke tanah.. Dia datang dari tempat yang aku sendiri tidak tahu dimana tempat itu berada, dia malu menampakkan wajahnya yang lugu, Dia malu untuk bertanya kepadaku, dimanakah sekuntum bunga yang wanginya semerbak dimana-mana?
Sang kupu tampak bersedih, menahan perih yang teramat menusuk..
Dia menangis pilu menahan sebuah onak yang bersarang disayapnya yang indah..
Ku coba tuk meraih onak itu, onak itu yang membuat dia bersedih dan terluka..
Ku coba tuk membantu Sang Kupu, Ku coba tuk mencabut onak yang tertinggal disayapnya..
Ku coba tuk mencabutnya demi menyelamatkan nyawanya..
Akhirnya ku dapatkan onak itu, Sang Kupu tersenyum simpul seolah ingin berkata "Terimakasih telah menyelamatkan nyawaku"
Diapun pergi berlalu begitu saja, terbang sekuat tenaga dengan sayap yang tersisa..



PadaMu ku Bersujud..

Tetesan air mata, malam ini mengalir setetes demi setetes ketika mendengar lantunan lagu “PadaMu ku Bersujud”
Ada satu yang kurang dan bahkan akan semakin terus berkurang ketika kekosongan hati dan kehampaan diri tidak dapat tertutupi..
Kekosongan ini semakin tidak bermakna ketika tidak ada niat untuk mengisi kekosongan tersebut..
Kehampaan ini semakin terasa hampa ketika tidak ada niat untuk memperbaikinya..

Bait demi bait lagu itu terasa menusuk ketika kehampaan dan kekosongan melanda diri..
Lagu itu menyiratkan sejuta makna dan asa..
Sejuta makna yang diresapi dan dihayati begitu mendalam..
Sejuta asa yang memberikan sejuta impian dan cita menuju KehormatanNya…

Ya Allah, lindungi hamba dari segala fitnah..
Ya Allah, jauhkanlah hamba dari nikmat dunia yang semu semata..
Ya Allah, selamatkanlah diriku dari siksa yang setiap saat menanti..

Kau tempatku meminta…
Kau tempatku Bahagia..
Ya Allah, jadikanlah Aku selamanya hambaMu yang bertaqwa..

Padamu ku bersujud..
Padamu ku berdoa..
Padamu ku memohon..

Ampuni segala salahku, Ampuni segala dosaku.. Ampuni aku Ya Allah yang sering melupakanMu..

Ya Allah, Jadikanlah Aku selamanya hambaMu yang selalu bertawa..

Monday, 13 July 2009

Sirkumsisi (lebih dikenal dengan istilah Sunat atau Khitan)


Pendahuluan

A. Batasan

Sirkumsisi (lebih dikenal dengan istilah Sunat atau Khitan) merupakan tindakan pembuangan dari sebagian atau seluruh kulup (prepisium) penis dengan tujuan untuk kesehatan atau lainnya.

B. Indikasi dilakukannya tindakan sirkumsisi adalah :
1. Anjuran Agama.
2. Sosial.
3. Karena pertimbangan Medis, antara lain: fimosis(lubang kulupyang kecil sehingga mengganggu dan menimbulkan sakit saat kencing, parafimosis (keadaan dimana kulup / preputium tidak bisa ditarik kedepan dan menjepit batang penis), pencegahan agar tidak terjadi tumor karena terkumpulnya smegma, kondiloma akuminata.

C. Kontra indikasi dilakukan sirkumsisi, adalah :

1. Terjadinya Hipospadia yang terjadi sejak lahir / congenital, yaitu lubang uretra yang terbentuk berada dibawah penis,sehingga perlu dilakukan tindakan bedah dengan menggunakan prepusium sebagai flap uretroplasti
2. Penyakit kelainan darah dan Hemofili
3. Penyakit diabetes.


D. Anatomi dari Penis :

Struktur penis yang penting dan harus diketahui adalah:
1. ada 2 buah korpus kavernosum, yang terletak di bagian dorsal penis.
2. Satu buah korpus spongiosum yang terletak di bagian ventral.
3. pembuluh darai Arteri dan saraf nervus dorsalis penis, yang berada dibawah fasia Buck.
4. Fasia buck yang membungkus korpus kavernosum, korpus spongiosum dan struktur lainnya
5. bagian Uretra psrs spongiosa yang teletak di dalam korpus kavernosum

Sebelum melakukan tindakan Sirkumsisi, yang harus diketahui adalah kondisi pasien.

Pasien harus dipersiapkan telebih dahulu, antara lain :

1. Bila pasien sudah besar, maka dilakukan pencukuran rambut fubis terlebih dahulu.
2. Melakukan pendekatan terhadap anak terlebih dahulu, agar anak bisa kooperatif saat dilakukan tindakan.
3. Menanyakan riwayat penyakit anak, bila ada riwayat alergi obat atau lainnya.
4. Menjelaskan kepada orang tua anak mengenai tindakan yang akan dilakukan.
5. Memberikan salep anastesi local /Amla, xylocain spray pada penis anak satu jam sebelum tindakan, agar saat dilakukan injeksi anastesi tidak terlalu sakit.

Persiapan Alat yang harus disediakan :

1. 4 buah klem arteri, (lurus dan berujung panjang.
2. 1 buah Needle holder.
3. 1 buah klem Kocher dan tang.
4. 1 buah Pinset cirurgis.
5. 1 buah Pinset Anatomis.
6. 1 buah Gunting Mayo lurus.
7. 1 buah gunting Mayo lengkung.
8. 6 buah klem Musquito lengkung.
9. 2 buah klem Halstead lengkung.
10. 1 buah Gagang pisau no.3
11. 2 buah Kom tempat betadine dan Alkohol

Bahan Yang diperlukan :

1. Catgut no. 2-0 atau 3-0 (round body dengan jarum).
2. Lidocaine 3 % secukupnya.( dalam ampul)
3. Hand scun sesuai ukuran.
4. Kassa steril secukupnya.
5. sufratulle atau yang sejenisnya.
6. Betadine sol 1 buah.
7. Spuit 3 ml 1 buah.Needleno. 26 1 buah.
8. Salep Antibiotik 1 buah.
9. Salep bioplacenton ( bila sirkumsisi menggunakan tehnik Cauter)
10. Alkohol .
11. Plester.


Persiapan Sirkumsisi :

1. Lakukan tindakan septic dan antiseptic, dengan membersihkan daerah penis
menggunakan betadine Sol dari arah dalam dengan memutar keluar.
2. Oles penis dengan kasa alcohol sebelum dilakukan anastesi.
3. Pasang kain duk bolong untuk mempermudah tindakan dan membatasi daerah steril.
4. Lakukan suntikan blok saraf didaerah Nervus Dorsalis, tegak lurus di pangkal penis, sampai terasa seperti menembus kertas / berarti telah menembus fasia buck.
Lakukan aspirasi untuk meyakinkan bahwa suntikan tidak masuk ke pembuluh darah.lalu suntikan zat anastesi 1 – 3 ml.
5. Lakukan suntikan Infiltrasi pada prenulum dibawah penis (ring block), lakukan aspirasi dan bila tidak ada darah, suntikan zat anastesi 1 – 2 ml.
6. Tunggu efek maksimal anastesi (kira-kira 5 menit, bila sudah mulai bekerja dapat dilakukan melepaskan perlengketan prepusium dengan hati-hati.
7. Bersihkan gland penis dari smegma dengan kassa steril.
8. Oleskan betadine sol didaerah glan penis.


Macam-macam Tehnik Sirkumsisi.

A. Tehnik operasi Dorsumsisi.

Tahapan tindakan

:1. Prepusium dijepit pada lokasi jam 11, 1 dan jam 6.
2. Prepusium diinsisi diantara jam 11 dan jam 1 kearah sulkus koronarius glandis,dan
sisakn mukasa –kulit kira-kira 2 – 3 mm dari bagian distal sulkus, kemudian buat
tali kendali.
3. Lakukan insisi secara melingkar kea rah kira dan kanan sejajar dengan sulkus.
4. Pada bagian frenulum (di bawah penis) insisi dibuat agak meruncing.
5. Lakukan pengikatan pembuluh darah untuk menghentikan perdarahan.
6. Buat tali kendali di jam 3 dan jam 9.
7. Lakukan penjahitan di frenulum antara mukosa dengan kulit membentuk angka 8.
8. Lakukan penjahitan mukosa – kulit di sekeliling penis.
9. Beri salep antibiotic di sekeliling luka.
10. Beri Sufratulle di sekeliling luka.
11. Tutup luka dengan kassa steril dan diplester.


B. Tehnik Operasi Guillotine / klasik.
Adalah tehnik sirkumsisi dengan cara dilakukan penjepitan antara prepusium secara melintang pada sumbu panjang penis, kemudian prepusium yang berada diatas klem dipotong,

Tahapan tindakan :

1. Setelah prepusium dipotong, lakukan pengikatan pembuluh darah untuk menghentikan perdarahan.
2. Lakukan penjahitan di frenulum antara mukosa dengan kulit membentuk angka 8.
3. Lakukan penjahitan mukosa – kulit di sekeliling penis.
4. Beri salep antibiotic di sekeliling luka.
5. Beri Sufratulle di sekeliling luka.
6. Tutup luka dengan kassa steril dan diplester


C. Tehnik Operasi dengan Cauter.
Adalah tindakan sirkumsisi dengan menggunakan alat cauter(sekarang sudah tersedia dengan berbagai Merk).Kelebihan alat tersebut adalah hampir tidak terjadi perdarahan, karena pemotongan prepusium dilakukan dengan menggunakan mata cauter yang membara, sehingga akan langsung menghentikan perdarahan.

Tahapan Tindakan :

1. Batasi gland penis dan prepusium yang akan dipotong dengan menjepit menggunakan Klem peans lurus panjang sehingga pada saat dicauter tidak akan mengenai gland penis.
2. Lakukan pemotongan prepusium dengan mata cauter secara hati-hati.
3. Olesi dengan Bioplacenton luka bekas Cauter, karena ini merupakan luka bakar.
4. Lepaskan klem, dorong penis secara hati-hati sampai gland penis terlihat.
5. lakukan penjahitan di sekeliling
6. Lakukan penjahitan mukosa – kulit di sekeliling penis.
7. Beri salep antibiotic di sekeliling luka.
8. Beri Sufratulle di sekeliling luka.
9. Tutup luka dengan kassa steril dan diplester


TIPS & TRIK EKSTRIM MELAMAR PEKERJAAN

MEMBUAT WEBSITE ITU GAMPANG

BUAT WEBSITE SENDIRI ONLINE & GRATIS

Friday, 10 July 2009

Nabila cs Arinda

Apa yang sedang arinda lakukan ya? kata Nabila bertanya2. Bila di sini (kuala simpang, NAD), Arinda disana (liwa,ampung barat). Sedihnya lagi, Nabila ga nemuin sekolah yang metodenya sama kayak di liwa. Walaupun begitu, semoga Nabila bisa meningkatkan perkembangan pendidikannya dan mendapat teman2 yang baik. Dan tentunya Nabila akan selalu tetap mengingat teman2 lamanya. Nah berikut ini kenang2an dari Arinda, baju muslim yang sudah dibordir nama2 mereka. Terimakasih Arinda ....



Wednesday, 8 July 2009

Pengkajian Terhadap Pasien Trauma


Tujuan
Untuk mengidentifikasi dan mengkaji pasien yang datang dengan cedera traumatic.

Indikasi.
Pasien datang dengan tersangka menderita cedera traumatic.

Peralatan.
Penlight, pencatat trauma.

Prosedur
1.Melakukan pemeriksaan primer :
Pemeriksaan primer merupakan pengkajian awal yang dilakukan oleh perawat UGD.
Keadaan yang mengancam keselamatan jiwa diidentifikasi pertama kali, dan
penatalaksaan secara bersamaan mulai diberikan ;

a.Mempertahankan jalan napas dan imobilisasi servikal spinal adalah prioritas
utama dalam perawatan trauma.
Upaya untuk mempertahankan jalan napas dimulai dengan melakukan jaw trust-chin
lift dan mengeluarkan darah, muntahan, atau kotoran lain untuk membebaskan
jalan napas.

Tipe kebutuhan akan jalan napas pasien ditentukan oleh
status jalan napas pasien. Pemasangan jalan napas oral atau nasal adalah tindakan
tepat bila terdapat masalah jalan napas.
Dilakukan intubasi endotrakeal atau krikotirotomi bila patensi jalan napas
pasien tidak dapat dipertahankan.
Perhatian khusus diberikan terhadap adanya kemungkinan cedera servikal
spinal dan pencegahan terhadap kerusakan yang berlanjut dengan menghindari
hyperfleksi atau hyperekstensi leher.

b. Kaji pernapasan pasien dengan merasakan aliran udara dari mulut dan hidung
pasien.
Dada pasien dibuka untuk mengobservasi adanya usaha pasien untuk bernapas dan
observasi ekspansi simetris bilateral dada.

Lakukan auskultasi terhadap bunyi napas atau suara menghisap pada dinding dada
yang terbuka.
Bila pasien mengalami pernapasan inadekuat, lakukan bantuan napas dengan
ventilasi buatan dengan aliran oksigen yang tinggi.

c. Curah jantung dikaji lebih awal dengan melakukan palpasi nadi terhadap
intensitas atau kekuatan, kualitas, dan
Keteraturan. Adanya nadi perifer menandakan tekanan darah sistolik minimal
8 mm Hg.

2. Melakukan pemeriksaan sekunder :

a. Tengkorak dan wajah diperiksa untuk mengetahui adanya cedera seperti fraktur, trauma pada permukaan, atau karena benda tajam. Mata harus diperiksa terhadap gerakan ekstraokuler, perubahan penglihatan, dan hemoragi subkonjungtiva. Respon dan ukuran pupil dievaluasi kembali. Telinga dan hidung diperiksa untuk mengetahui adanya perdarahan atau kebocoran cairan spinal. Mulut pasien harus dievaluasi untuk mengetahui adanya gigi yang lepas atau maloklusi.

b. Leher harus dipalpasi dan dilihat setelah imobilisasi lengkap. Observasi terhadap trauma, deviasi trakeal, edema, patensi jalan napas, dan distensi vena leher. Lakukan palpasi sepanjang tulang belakang untuk mengetahui adanya nyeri tekan dan empisema kutaneus.


c. Observasi dada terhadap adanya trauma permukaan, pergerakan paradoksal dinding dada, dan retraksi kostal. Palpasi terhadap nyeri tekan, fraktur, dan krepitus. Lakukan auskultasi untuk mengetahui adanya bunyi napas dan bunyi jantung abnormal atau lemah. Periksa kembali nadi dan upaya bernapas untuk mengetahhui perubahan dari pengkajian primer. Evaluasi tekanan darah dan irama jantung.

d. Inspeksi abdomen untuk mengetahui adanya trauma permukaaan, luka ke dalam atu luka terbuka, dan distensi. Lakukan auskultasi bunyi usus pada empat kwadran sebelum dilakukan palpasi. Palpasi abdomen mengacu pada qadanya kekakuan, guarding, nyeri tekan, dan nyeri. Pasien tersangka menderita cedera abdomen dan gangguan tingkat kesadaran mungkin memerlukan lavase peritoneal, tomografi komputerisasi, atau laparotomi eksplorasi untuk menangani cedera intra abdominal. Pemasangan NGT dilakukan untuk memeriksa adanya darah dalam lambung. Kateterisasi uretral mengobservasi dan urinalisis untuk gross hematuri membantu dalam mengevaluasi cedera genitalia.


e. Observasi terhadap edema jaringan, hematoma, atau adanya massa suprapubik pada pelvis dan genitalia. Palpasi pelvis untuk mengetahui adanya ketakstabilan tulang. Pemeriksaan rectum dilakukan untuk mengetahui adanya perdarahan, lokasi prostate, dan tekanan spingter. Observasi terhadap adanya trauma testicular, dan lihat adanya darah pada meatus penile.

f. Evaluasi ekstrimitas terhadap adanya cedera dengan menginspeksi adanya deformitas atau kontusio. Palpasi terhadap adanya nyeri tekan atau kriptus. Indikasi lain adanya trauma musculoskeletal meliputi menurunnya kekuatan, pergerakan yang salah, dan pembengkakan. Adalah penting untuk mengevaluasi kembali esktrimitas secara teratur terhadap warna, pergerakan, dan sensasi. Nadi perifer dan warna kulit harus dibandingkan. Kemungkinan adanya fraktur harus dilakukan splint, imobilisasi, dan di evaluasi dengan rontgen.


g. Semua pasien dengan trauma harus diperiksa secara posterior. Punggung pasien harus dievaluasi untuk mengetahui kelainan yang sama seperti yang didapat saat pemeriksaan sekunder.

h. Evaluasi ulang terhadap tingkat kesadaran dan reaksi serta ukuran pupil sangat penting. Kemudian pemeriksaan nuerologis lebih dalam meliputi respon sensorik dan motorik dari ekstrimitas dilakukan.


Submit Your Site To The Web's Top 50 Search Engines for Free!