Pages

Monday, 15 March 2010

Membentuk Konsep diri Positif dalam Menjalin Komunikasi Efektif



Membentuk Konsep diri Positif adalah kita membuat perubahan didalam bersikap dan berprilaku saat berinteraksi baik itu dengan rekan kerja, pelanggan ataupun orang lain. Dan perubahan ini harus dimulai dari nilai-nilai yang kita anut, nilai-nilai tersebut akan mempengaruhi sikap kita dan pada akhirnya akan menjadi suatu prilaku yang diekspresikan dalam kita berinteraksi dengan orang lain. Para ahli memperkirakan bahwa kesuksesan itu merupakan perpaduan antara sikap (80 %) dan kecerdasan (20 %). Sehingga dengan melakukan personal change pada setiap pribadi maka akan dapat dicapai kesuksesan .
Dalam melakukan perubahan diri menjadi personal yang lebih baik (Personal Change), ada factor-faktor yang harus menjadi perhatian kita antara lain :
1. Value atau nilai
Nilai-nilai yang terdapat dalam diri kita meliputi nilai positif dan nilai negatif, atau nilai ini lebih dikenal dengan nilai mental yang kita miliki. Bila nilai mental negatif yang lebih mendominasi kita dalam bekerja dan berinteraksi, maka akan membentuk sikap dan prilaku negatif pula. Nilai-nilai yang dimiliki seseorang dapat dibentuk dan manage, tergantung dari diri orang tersebut apakah ia akan membentuk nilai positif ataukah negatif. Dengan membiasakan diri untuk selalu menimbulkan nilai positif dalam setiap memulai aktifitas ataupun mengafirmasikan dalam hati yaitu dengan membuat pernyataan sederhana yang kita sampaikan terus-menerus dan berkali-kali pada diri kita, semisal : aku mampu dan mau menyelesaikan pekerjaan dengan hasil yang baik, atau aku memandang setiap masalah adalah untuk diselesaikan dan dicari jalan keluarnya, maka nilai-nilai tersebut akan membentuk pola dalam diri kita. Sikap mental yang positif dapat memperkaya kehidupan pribadi kita, hubungan yang kita jalin dan karier kita.

2. Attitude atau sikap.
Sikap adalah kesiapan pada seseorang untuk bertindak tertentu terhadap hal ataupun keadaan tertentu, sikap ini dapat bersifat positif dan dapat pula bersifat negatif. Ketika kita mempunyai kecenderungan untuk menyukai, menyenangi hal ataupun objek tertentu, maka kita katakan bahwa itu adalah sikap positif. Sikap ini tidak dibawa sejak lahir, melainkan dipelajari dan dibentuk melalui pengalaman-pengalaman. Karena sikap dapat dipelajari dan dibentuk maka sikap dapat berubah-ubah sesuai dengan keadaan lingkungan disekitar kita, untuk itu kita juga harus mendesain lingkungan kita agar mendukung terciptanya sikap yang positif.
Hubungannya dengan tempat kita bekerja, ketika ada aturan atau budaya perusahaan yang bertujuan untuk memajukan dan meningkatkan perkembangan perusahaan kearah yang lebih baik dan kita bertekad untuk mendukung dan menjalankan aturan tersebut, maka kita sudah mempunyai Attitude atau sikap yang positif. Tetapi ketika kita sudah membuat penolakkan atau tidak mendukung terhadap aturan atau kebijakan tersebut maka dikatakan bahwa kita mempunyai sikap atau attitude negatif. Sikap positif ini ketika dianut dan diterapkan oleh suatu komunitas dalam lingkup yang luas, seperti dalam suatu perusahaan , maka ini merupakan sikap sosial, sikap sosial dapat terbentuk bila individu-individu dalam komunitas tersebut mengimplementasikan pada diri mereka.
3. Behaviour atau tingkahlaku.
Behaviour adalah tingkah laku terbuka yang merupakan ekspresi yang dapat dilihat, diamati dan terjemahkan oleh orang lain saat seseorang sedang berinteraksi atau berkomunikasi, behaviour ini adalah cerminan dari sikap yang dimiliki oleh seseorang. Sebagai pribadi, behaviour (tingkahlaku) yang kita tampilkan kepada orang lain harus mencerminkan nilai-nilai yang terkandung dalam diri,

Saat memulai untuk memberikan pelayanan atau berinteraksi dengan orang lain, disinilah yang merupakan titik kontak kritis yang dapat menentukan terjalin tidaknya komunikasi yang efektif. Nilai yang terkandung dalam diri harus menjadi acuan kita dalam berinteraksi dengan orang lain sehingga akan menimbulkan kesan bahwa mereka sangat dihormati dan diperhatikan, yang pada akhirnya mereka akan tetap loyal dan setiakepada kita. Titik kontak kritis disaat berinteraksi ini yang harus selalu kita pertahankan dengan menerapkan 3 V’s saat berkomunikasi, yaitu :
3.1. Verbal, kata yang kita gunakan harus dipahami pelanggan.
3.2. Vocal, yang meliputi : vareasi suara, intonasi, ekspresi dan cepat lambatnya bicara.
3.3. Visual, yaitu diri kita yang dilihat oleh pelanggan saat berkomunikasi, meliputi : bahasa tubuh harus selaras dengan isi pembicaraan, ekspresi wajah serta menjalin kontak mata.
Juga dengan menyertakan 5 Hukum Komunikasi saat menjalin interaksi dengan pelanggan, yaitu REACH (Respect, Empathy, Audible, Clarity, Humble) yang berarti meraih, berusaha meraih perhatian pelanggan :
3.1. Respect, adalah sikap menghargai setiap individu saat menjalin interaksi karena pada dasarnya prinsip paling dalam pada sifat dasar manusia adalah kebutuhan untuk dihargai.
3.2. Empathy, adalah kemampuan kita untuk menempatkan diri kita pada situasi atau kondisi yang dialami oleh orang lain, sifat empathy akan kita miliki bila kita mempunyai kemampuan untuk memahami, mendengarkan dan mengerti serta siap menerima masukan dari orang lain. Disaat kita menghadapi orang lain yang kebingungan atau membutuhkan informasi, kita berusaha menjelaskan apa yang mereka butuhkan dan memposisikan diri kita pada situasi yang dialami pelanggan serta selalu siap bila mendapat kritikan atau omelan dari pelanggan dengan tetap mengedepankan sikap mental positif.
3.4. Audible, yaitu informasi atau komunikasi yang kita lakukan dapat didengar dan dimengerti dengan baik oleh pelanggan, sehingga pelanggan tidak bingung dan bertanya-tanya tentang informasi atau komunikasi yang kita lakukan. Dan pada akhirnya pelanggan akan merasa puas dengan pelayanan kita.
3.5. Clarity, adalah keterbukaan dan transparasi dalam berinteraksi dan berkomunikasi dengan pelanggan sehingga akan menimbulkan rasa percaya dari pelanggan, dan menghilangkan multi interpretasi atau penafsiran terhadap informasi atau komunikasi yang disedang berlangsung yang pada akhirnya komunikasi tidak berjalan dengan baik.
3.6. Humble, yaitu sikap rendah hati. Dalam membangun komunikasi yang efektif, sikap rendah hati sangat diperlukan karena sikap tersebut menempatkan pelanggan pada posisi yang terhormat dan akan membuat mereka merasa dihargai, karena sifat dasar manusia pada hakekatnya adalah ingin dihargai.

Membentuk Personal Change dengan langkah-langkah yang telah diuraikan diatas kadang menemui kendala atau hambatan (Barrier to Change), hambatan tersebut antara lain :
3.1. Hambatan Psikologis.
Adalah hambatan yang berasal dari diri kita sendiri diantaranya perasaan ketakutan,
perasaan malas, tidak ada motivasi untuk berubah, merasa berada di zona nyaman dan susah untuk merubah kebiasaan. Disinilah awal terjadi pertentangan dalam diri kita keragu-raguan dan ketakutan menyebabkan kita tidak bisa berfikir jernih.

3.2. Hambatan Fisik.
Adalah salah satu Faktor yang menghambat diri kita dalam melakukan perubahan, salah satu hambatan fisik adalah kondisi sakit.


Bila Artikel ini berkenan bagi Anda
Silahkan DownLoad
Disini

No comments:

Post a Comment