Pages

Friday, 30 January 2009

"...hanya 5000..."

Teringat ketika beberapa tahun yang lalu, ketika sedang mengikuti blok Uropoetika kira-kira semester 4. Awalnya memang ga menyangkan kalau akan menderita DBD, gejalanya memang tidak spesifik. Awal berangkat kuliah tidak pernah merasakan kalau akan sakit. Waktu itu memang aktivitas lagi banyak-banyaknya. Apalagi habis menghadiri Munas FULDFK di Palembang.

Waktu mau lihat hasil praktikum di Lab Mikro eh mendadak perasaan lemas, lemah dan demam. Wuih kok perasaanku jadi kayak gini, langsung aja membatalkan puasa dan makan nasi goreng lalu pulang. Perasaanku berkata sakitku akan sembuh kalau aku istirahat sebentar sambil minum obat. ternyata setelah bangun tidur keadaan tidak berubah malah tambah parah. Demam semakin tinggi dan lemaas sekali.

Ketika mau ambil makan didapur, sontak pandangan kabur byar pet hitam semua dan keseimbanganku goyah. Aku pingsan..
Kira-kira 5 menit pingsan, tanpa ada yang membantu akhirnya bangun sendiri. Aku tensi sendiri ternyata memang TD ga seperti biasanya, sedikti turun 1oo mmHg, padahal ga pernah tensiku turun sampai segitu. Aku bilang ke bude, kalau aku pingsan didapur trus bude bilang suruh bawa ke RS. Tanpa berpikir panjang ternyata aku putuskan berangkat ke RS ditemani bude.

Langsung aja sampe sana diterima perawat ditensi masih sama drop namun ada yang mengganjal ketika pemeriksaan darah dilakukan. Trombositku ternya turun, suspek DB,, akhirnya diputuskan kalau aku harus mondok. Sampai beberapa hari mondok di RS, kadar trombosit semakin menurun dan hematokrit juga semakin tinggi menandakan adanya kebocoran plasma.

Sampai akhirnya trombosit 80.000, belumada gejala bleeding eh keesokan harinya ketika BAB ternyata bleeding. Waduh bleeding pikirku, takut banget?!  aku lapor sama perawat kalau bleeding. 

Keesokan harinya semakin menurun dan menurun, sampai suatu malam ketika kadar trombosit berjumlah "hanya" 5.000. Mama membangunkanku dan berkata, "San, mama ke PMI dulu ya cari trombosit, sambil mengusap keningku.. Setengah sadar aku jawab Ya Ma..

Di transfusi 5 botol dan keesokan harinya hanya naik 2.000, jadi keesokan harinya kadar trombosit 7.000, sore semakin naik terus naik dan naik sampai akhirnya dua hari kemudian mencapai 20.000..

Panik tapi ga aku omongin ke semua yang jaga pada waktu itu, yang ada hanya senyum tipis ketika setiap orang menjenguk. Padahal dalam hati selalu berdoa Ya Allah berilah hamba kekuatan. Apapun yang terjadi, kadar trombosit 5.000 ga pernah kubayangkan sebelumnya. 

Fatal sebenarnya, dengan kadar segitu dapat terjadi bleeding dimana mana, dan yang paling akau khawatirkan jika terjadi bleeding di otak (naudzubillah..), kalau bleeding diotak pastinya tidak sadar atau bahkan koma. Ya Allah terimakasih telah memberiku nikmat kesehatan yang tidak terhingga.

Tapi alhamulillah dengan doa yang kuat dan tanpa mengenal lelah, Allah mendengar dan mengabulkan doaku, Allah masih memberiku kesempatan untuk memberikan yang terbaik untuk semuanya. Semangat ya..??!!

Sepenggal cerita dari Grhasia...

Setelah masuk stase jiwa di RSG, banyak sekali inspirasi yang mengalir di hatim ketika melihat dan menyaksikan kisah pilu dan sedih banyak pasien skizofrenia..

Satu kisah yang patut diangkat ketika jaga di IGD RSG kemarin. Seorang ayang datang ke RSG ditemani oleh beberapa orang polisi. Sang ayah datang dengan lusuh dan kusam seolah-olah menyimpan suatu perasaan yang dalam meratapi keadaan keluarganya. Singkat cerita, sang ayah membawa anaknya yang memiliki gangguan psikotik. Sang anak mengamuk, membanting barang-barang di rumah dan memecahkan kaca-kaca dirumah. Memang sich, ketika dilakukan anamnesis terhadap anak tersebut, anak tersebut emosional sehingga harus di isolasi.

Ketika dilakukan alloanamnesis, sang ayah menceritakan keadaan keluarganya yang memiliki 5 orang anak, tiga dari lima orang anaknya ternyata mengalami gangguan jiwa dengan gejala yang berbeda-beda. Melihat fenomena tersebut sebenarnya sangat memilukan hati, bayangkan saja sang ayah harus mengajak kontrol rutin anak-anaknya setiap bulan belum lagi obat yang harus dibeli setiap persediaan obat habis, belum lagi harganya yang cukup mahal. Sang ayah bekerja sehari-hari sebagai buruh tani, sementara itu orang dengan gangguan jiwa memerlukan terapi yang lama. Coba dibayangkan akan habis berapa rupiahkah uang yang digunakan untuk mengobati penyakit sang anak???

Ayah tersebut, terakhir ketika aku melihat pulang ke rumah dengan menggunakan bis, rumahnya cukup jauh didaerah sewon, Bantul. Sementara untuk menempuh jarak ke Sleman memerlukan waktu dan biaya yang tidak sedikit.

Kisah kedua ketika seorang kakak yang dengan setianya mengantarkan sang adik datang ke RSG ditengah hujan deras yang mengguyur Jogja. Hujan sedari siang tidak henti-hentinya turun. Sang kakak datang ke RSG dengan menggunakan sepeda ontel yang sudah butut, berkarat seolah-olah dimakan usia. Dengan rasa penuh kasih sayang sang kakak mengantar adiknya masuk ruang IGD sambil berkeluh kesah dengan penyakit adiknya. Terlihat dari keadaannya mereka orang tidak punya. Miris sebenarnya ketika melihat dua bersaudara yang nyaris kembar tersebut datang karena adik ternyata mengalami gangguan jiwa, sang adik sering tertawa dan meringis-meringis sendiri. Tatapannya kosong seolah olah ingin menyampaikan suatu hal namun dia terlena dialam dunianya sendiri.

Sebuah gambaran fenomena hidup bahwa banyaknya stressor yang kita hadapi memang menunggalkan bekas yang sukar untuk dihilangkan. Belum lagi anggapan masyarakat bahwa orang dengan gangguan jiwa sepertinya masih dimarginalkan dalam masyarakat. Suatu konsep yang keliru sehingga memang adalah tugas kita untuk dapat meluruskannya.

Thursday, 29 January 2009

MEMBONGKAR KEGAGALAN CIA


Resensi Membongkar Kegagalan CIA

“…. Tim Weiner benar dengan mengatakan bahwa CIA saat ini tak lebih dari puing-puing keruntuhan yang sebentar lagi mungkin berubah menjadi debu.” Budiarto Shambazy, wartawan Kompas, kolumnis “Politika”

Mengapa negara adidaya, lembaga spionasenya seperti tak punya daya? Mengapa “polisi dunia”, sekaliber AS, agen-agen dinas rahasianya beroperasi serampangan? Inilah keprihatinan mendasar Tim Weiner dalam buku yang memenangi berbagai penghargaan ini sampai pada kesimpulan bahwa sejarah operasi intelijen CIA yang telah berusia 60 tahun justru memangsa bangsa Amerika Serikat sendiri.

Menggunakan langgam reportase jurnalistik yang memikat, Tim Weiner, wartawan peraih Hadiah Pulitzer, menunjukkan bukti-bukti meyakinkan perihal kelemahan CIA yang memalukan. Di antaranya, agen-agen CIA mengetahui Tembok Berlin runtuh pada 1989 dari siaran televisi bukan dari pasokan analisis mata-mata yang bekerja di bawah tanah; ambruknya WTC, yang membelasah pada 11 September 2001, dengan telanjang memeragakan kepada dunia bahwa agen-agen CIA lumpuh dalam mengantisipasi serbuan teroris alumnus CIA sendiri.

Sebagai sebuah dinas intelijen terbesar di dunia, CIA melakukan blunder paling vital dalam sejarah panjang spionase: berbohong tentang eksistensi senjata nuklir Irak. Blunder itulah yang menjadi basis pengambilan keputusan politik yang paling keliru dalam sejarah kepresidenan AS, yakni menyerbu Irak sekaligus menumbangkan Presiden Saddam Hussein.

Buku ini diramu Tim Weiner dengan mempelajari 50.000 arsip CIA, wawancara mendalam dengan ratusan veteran CIA, dan pengakuan sepuluh direkturnya. Disajikan dengan gaya bertutur mengalir. Tim Weiner, bagaikan penulis thriller, menempatkan diri sebagai seorang tukang cerita kelas wahid.
Latar Belakang

Buku dengan tebal 858 halaman dalam edisi Bahasa Indonesia seharga Rp 120.000 ini menjadi buku kontroversial di Indonesia karena sekitar 5 halaman buku ini berisi pengakuan seorang pejabat tinggi CIA, Clyde McAvo yang menyatakan bahwa mantan Wakil Presiden, Adam Malik, sebagai agen rahasia CIA di Indonesia. Clyde McAvoy yang diwawancarai Tim Weiner pada 2005, mengaku telah merekrut dan mengontrol Adam Malik. McAvoy bertemu Adam Malik tahun 1964. Dalam buku itu dijelaskan bahwa CIA memberikan US$ 10 ribu untuk mendukung peran serta Adam Malik memberantas Gestapu. Karena berisi pernyataan tersebut, maka buku ini banyak mendapat kritik di Indonesia.

Terlepas dari benar atau tidaknya Adam Malik menjadi agen CIA, kita sebagai orang yang tidak terlibat (mengalami dan melihat) langsung kejadian Gestapu 1965, tentu harus bersikap netral. Kita tidak bisa percaya begitu saja pernyataan Mc Avoy, namun kita tidak harus juga menolak langsung tulisan Tim Weiner. Sebagai bangsa yang ingin maju, kita perlu bersikap kritis. Kritis menanggapi hal ini dengan rasionalitas dan berdasarkan fakta. Kita tidak boleh menvonis Adam Malik adalah agen CIA selama tidak ada fakta valid yang ditemui.
CIA dan 30 September 1965

Meskipun kita menyanggah keterlibatan Adam Malik dalam agen CIA, namun kita perlu meninjau ulang sejarah serta isi buku yang ditulis Tim Weiner. Buku ini bukanlah mendiskritkan bangsa Indonesia. Buku ini lebih memojokkan CIA sebagai dalang penghancur negara-negara yang bersebarangan dengan kepentingan Amerika Serikat. Dan buku tersebut memaparkan kegagalan-kegagalan yang dialami oleh CIA, agen rahasia yang paling bergengsi di dunia. Saya pikir, penulis tidak bermaksud memojokkan Indonesia ataupun Adam Malik, hanya saja Tim Weiner hanya ingin menunjukkan fakta kejahatan CIA. Pengakuan John Perkins dalam buku Confession of EHM dan John Pilger dalam film dokumenternya tentang Indonesia yang berjudul “The New Rulers of the World” mempertegas bahwa Amerika Serikat sangat berkepentingan menghancurkan pemerintahan Soekarno yang anti Imperaliasme Modern melalui korporasi dan kebijakan ekonomi dan politik kapitalis. Untuk menghancurkan kekuasaan Soekarno, sudah pasti harus menghancurkan penyokong Soekarno, yakni partai yang anti imperalias kapitalis pada saat itu yakni PNI yang dipimpin Bung Karno dan PKI. Dengan menjatuhkan Bung Karno, PNI akan lenyap. Dan untuk itu, PKI juga harus dihancurkan.

Setelah Bung Karno jatuh, kekuatan modal asing langsung masuk ke bumi pertiwi untuk mengeksploitasi sumber kekayaan alam. Dalam film dokumenternya, John Pilger (wartawan Australia) : “Dalam dunia ini, yang tidak dilihat oleh bagian terbesar dari kami yang hidup di belahan utara dunia, cara perampokan yang canggih telah memaksa lebih dari sembilan puluh negara masuk ke dalam program penyesuaian struktural sejak tahun delapan puluhan, yang membuat kesenjangan antara kaya dan miskin semakin menjadi lebar. Ini terkenal dengan istilah “nation building” dan “good governance” oleh “empat serangkai” yang mendominasi World Trade Organization (Amerika Serikat, Eropa, Canada dan Jepang), dan triumvirat Washington (Bank Dunia, IMF dan Departemen Keuangan AS) yang mengendalikan setiap aspek detail dari kebijakan pemerintah di negara-negara berkembang. Kekuasaan mereka diperoleh dari utang yang belum terbayar, yang memaksa negara-negara termiskin membayar $ 100 juta per hari kepada para kreditur barat. Akibatnya adalah sebuah dunia, di mana elit yang kurang dari satu milyar orang menguasai 80% dari kekayaan seluruh umat manusia.”

Dalam buku hasil dokumentasi John Pilgers, The New Ruler of the World : “Dalam bulan November 1967, menyusul tertangkapnya ‘hadiah terbesar’, hasil tangkapannya dibagi. The Time-Life Corporation mensponsori konferensi istimewa di Jenewa yang dalam waktu tiga hari merancang pengambilalihan Indonesia. Para pesertanya meliputi para kapitalis yang paling berkuasa di dunia, orang-orang seperti David Rockefeller. Semua raksasa korporasi Barat diwakili : perusahaan-perusahaan minyak dan bank, General Motors, Imperial Chemical Industries, British Leyland, British American Tobacco, American Express, Siemens, Goodyear, The International Paper Corporation, US Steel. Di seberang meja adalah orang-orangnya Soeharto yang oleh Rockefeller disebut “ekonom-ekonom Indonesia yang top”.

“Di Jenewa, Tim Sultan terkenal dengan sebutan ‘the Berkeley Mafia’, karena beberapa di antaranya pernah menikmati beasiswa dari pemerintah Amerika Serikat untuk belajar di Universitas California di Berkeley. Mereka datang sebagai peminta-minta yang menyuarakan hal-hal yang diinginkan oleh para majikan yang hadir. Menyodorkan butir-butir yang dijual dari negara dan bangsanya, Sultan menawarkan : …… buruh murah yang melimpah….cadangan besar dari sumber daya alam ….. pasar yang besar.”

Di halaman 39 ditulis : “Pada hari kedua, ekonomi Indonesia telah dibagi, sektor demi sektor. ‘Ini dilakukan dengan cara yang spektakuler’ kata Jeffrey Winters, guru besar pada Northwestern University, Chicago, yang dengan mahasiwanya yang sedang bekerja untuk gelar doktornya, Brad Simpson telah mempelajari dokumen-dokumen konferensi. ‘Mereka membaginya ke dalam lima seksi : pertambangan di satu kamar, jasa-jasa di kamar lain, industri ringan di kamar lain, perbankan dan keuangan di kamar lain lagi; yang dilakukan oleh Chase Manhattan duduk dengan sebuah delegasi yang mendiktekan kebijakan-kebijakan yang dapat diterima oleh mereka dan para investor lainnya. Kita saksikan para pemimpin korporasi besar ini berkeliling dari satu meja ke meja yang lain, mengatakan : “ini yang kami inginkan : ini, ini dan ini”, dan mereka pada dasarnya merancang infrastruktur hukum untuk berinvestasi di Indonesia.

Nyata dan secara rahasia, kendali dari ekonomi Indonesia pergi ke Inter Governmental Group on Indonesia (IGGI), yang anggota-anggota intinya adalah Amerika Serikat, Canada, Eropa, Australia dan, yang terpenting, Dana Moneter Internasional dan Bank Dunia.

Hal ini juga diperkuat oleh pernyataan oleh John Perkins, seorang EHM yang telah bekerja menghancurkan Indonesia, Panama, Paraguay dan pengakuan teman-teman John Perkins dalam buku “A Game As Old As Empire”.
Agen CIA di Indonesia era 60-an

Keberhasilan agen CIA dalam memenjarakan ekonomi Indonesia di rezim Soeharto dengan utang dan eksploitasi emas (Papua), migas dan sumber daya alam lainnya, tentu membutuhkan kaki tangan orang Indonesia sendiri. Sudah pasti ada orang-orang Indonesia yang menjadi penghianat yang menjual kehormatan dan kekayaan bangsa demi kepentingan pribadi maupun golongan.

Jadi kalau kita percaya John Pilger dan John Perkins, sejak tahun 1967 Indonesia sudah mulai dihabisi (plundered) dengan tuntunan oleh para elit bangsa Indonesia sendiri yang ketika itu berkuasa. Ditambah dengan tulisan Tim Weiner, sudah pasti ada agen CIA yang berasal dari elit bangsa. Siapakah itu?

Terlalu sulit untuk mengungkapkan siapakah saja orang-orang yang menjadi agen CIA. Kita hanya bisa berharap para peneliti dan sejarawan mengungkap misteri ini. Sejarah perlu ditelusuri untuk dipelajari. Agar generasi mendatang dapat belajar dari kesalahan dan terus melangkah sejarah yang membawa kebesaran bangsa ini.

Akhir kata, bukan hal yang tidak mungkin jika ada mantan pejabat Negara Indonesia di era orde baru yang menjadi pengabdi kepentingan Amerika Serikat. Tidak tertutup kemungkinan, para mantan pejabat tinggi Negara era Orba berusaha bekerja sama dengan Amerika Serikat dan agen CIA demi mendapat dukungan untuk membasmi golongan yang berseberangan (Bung Karno dan pendukungnya).

Kasus yang sama dengan Osama Bin Laden. Awalnya Osama dibantu CIA dan militer Amerika untuk memerangi Uni Soviet di Afganistan. Setelah berhasil mengusir Uni Soviet, dengan kematangan yang mantap, akhirnya Osama berbalik menyerang Amerika. Begitu juga, tidak tertutup kemungkinan ada oknum yang mendapat bantuan CIA dalam menggulingkan Bung Karno dan PKI, dengan berpikir bahwa setelah berhasil, maka mereka (oknum) dapat lepas dari pengaruh Amerika. Tapi, faktanya lebih dari 40 tahun, kita masih dipengaruhi oleh Amerika. Gerakan “Osama” yang gagal di Indonesia.

sumber : www.nusantaranews.wordpress.com

Reuni SL 31: "Makan durian sampe kehujanan"

Akhirnya setelah sekian lama 31'ers adem ayem ga ada suaranya, akhirnya bisa juga 31'ers kumpul bareng. ga tanggung-tanggung bro, reuni kali ini agendanya makan durian sampe teleeer... sebelumnya memang sich agenda kumpul bareng sempat digagas dita, maklum harus ada PJ untuk 31'ers, apalagi kita teman seperjuangan, masa tahu belakangan, ga banget khaaaaaan??!!

rencana awal memang sich kita mau kana durian, seperti biasa kita kumpul bareng di markas (31'ers bilang markas itu di FE.red), tapi berhubung dr rumah ke FE cukup jaoh sehingga aku putuskan tungu di rumah aja, eeeeh.. ga taunya tiara sms dengan nada yang sedikit mengecewakan " mas, inta ga bisa ikut" Gubrak??!!! Secara intan bendahara kita, tentunya dia yang pegang duit apalagi si nanik jg ga pernah nongol...

Tapi untunglah ketidakhadiran itu bisa ditutupi dengan dita, sok-sok sadar diri gitu dita langsung ambil posisi untuk traktir kita di warung makan dekat rumah (dekat jembatan layang red)

Selang beberapa lama kemudian berkumpullah kita disana, ada tiara, nanda, dita, wawan n nurul. Nyesel sich ga makan cz di rumah sudah makan seabrek-abrek, kekenyangan dech (lagian dita sich ga bilang-bilang kalau mau traktir) . But it's OK, setelah itu kita cauu ke alkid sekedar melepas penat setelah masing-masing personal 31'ers disibukkan dengan rutinitas sehari-hari.. Kita dialkid akhirnya bercumbu dengan gajah..

Akhirnya di alkid ditentukan follow up selanjutnya untuk ketemuan bareng futu-futu. Apa mau dikata, agenda pertemuan selanjutnya untuk futu-futu batal cz ga ada yang ga bisa datang, ga lengkap nich.. akhirnya kita putuskan makan durian pake duit kas..

Ngaret..selalu saja ngaret, kita putuskan ngumpul i depan GOR UNY setelah maghrib eh ga taunya habis Isya baru kumpul, itu aja masih ada yang telah. Payah??!!!

Setelah agak lengkap akhirnya kita putuskan untuk beli durian, maklum si nurul jago milih durian, secara si nurul mantan pengedar di Kudus wakakakakak..

Duriane uenak jhe.. tapi apa mau dikata, yang badannya guede ngalah sama yang badannya kurus kayak wawan n dita wakakakakakak...

Si tiara, kalau makan durian, Busyeet??!! rakus bgt, sampe kuning-kuning sekitar mulut kayak "p...p"  Jorok banget, dah datang telat, makannya celemotan, bawa jas hujanku sampe detik ini belum juga dikembalikan (ayoo..cepat kembalikan jas hujanku..) udah jamuran ya jasku tir??!!

Setelah mlukek, akhirnya nongkrong di dpn GOR, ngobrol2 ga jelas akhirnya reuni kita dipisahkan hujan yang datang mendadak, masing-masing kita saling menyelamatkan diri.. Bubar dech, walaupun sad ending tapi cukuplah..

Kapan nich 31'ers mau kumpul-kumpul lagi??!! Hidup 31'ers...

NB :
Nanda, ente kemanaaa??? Padahal ente kan yang paling semangat kumpulnya.. Huuu
Untuk beni sekarang somse ya, mentang-mentang punya nomor baru ga mau bilang-bilang sama kita..

Sunday, 25 January 2009

Mandi keringat di IGD...??!!

Hwaaaaaaa...
Huh, ga nyangka aja pengalaman pertama hating luka ternyata bikin keringat bercucuran. Kayak mandi aja, tinggal di gosokin sabun sama plus shampoo, udah dech tinggal mandi aja..

By the way..
Selama koass dua stase terakhir ini baru sekali ini hating lhoo..
Dulu pas di THT sering main di IGD, banyak kasus sich sebenarnya mulai dari luka yang lebar sehingga hrs di jahit (wuih sumpah yang ini rasanya mau pingsan.. darahnya ga banyak tapi keri nya itu lho..)

Ada juga sich yang pasang kateter, dulu pernah disuruh pasang, tapi ga tegel aja barang gituan dimasukin kateter yang cukup besar.. Ga ngebayangin dech gimana jadinya kalau diri sendiri dimasukin kateter, jadinya keri jhe...

Untungya ya pasien yang dijahit itu pasien skizofren, jadi agak-agak berani dikit lah..
Yang ditakutin sebenarnya kalau pasien itu ngamuk-ngamuk.. Bisa berabe nich jadinya.. Tapi alhamdulillah, pasien cukup kooperatif.

Nah setelah itu baru muncul pasien gaduh gelisah, skizofren tak terinci, waham and halusinasinya cetho banget.. 
Allkisah sang pasien ini dulu seorang jama'ah NII, sempat dibai'at wuih pokokny alimput banget.
Setelah masuk dalam jama'ah OS merasa ga cocok aja dengan sistem yang ada dalam jama'ah tersebut.. Akhirnya keluar tapi setelah out, OS merasa ada halusinasi dengar yang mengatakan kafir..kafir..kafir terus menerus.. Nah Lho??!!

Huh, baru juga seminggu di RSG, wuih dah banyak dapat pengalaman baru..
Siiiiip dech...

Thursday, 22 January 2009

Nabila Sayang Umi ...


Nabila Sayang Umi ...
Yah kata-kata inilah yang sering Nabila ucapkan kalo liat foto berikut

Detik-detik mau ditinggalin umi dan abinya, ketika mau pemberangkatan.


Suka banget liat album haji ortunya, sembari menerawang. Sepertinya dia mengingat kembali masa lalu ketika ditinggalin kami berdua hehehe.

Tuesday, 20 January 2009

We Will Not Go Down

Sukaaaa bgt lagu ini ...
Teringat akan kesedihan dan semangat jihad saudara2 palestine
Semoga Allah membebaskan tanah suci palestine dari buasnya zionis Israel

WE WILL NOT GO DOWN
(Song for Gaza)
(Composed by Michael Heart)

A blinding flash of white light
Lit up the sky over Gaza tonight
People running for cover
Not knowing whether they’re dead or alive
They came with their tanks and their planes
With ravaging fiery flames
And nothing remains
Just a voice rising up in the smoky haze
We will not go down
In the night, without a fight
You can burn up our mosques and our homes and our schools
But our spirit will never die
We will not go down
In Gaza tonight
Women and children alike
Murdered and massacred night after night
While the so-called leaders of countries afar
Debated on who’s wrong or right
But their powerless words were in vain
And the bombs fell down like acid rain
But through the tears and the blood and the pain
You can still hear that voice through the smoky haze
We will not go down
In the night, without a fight
You can burn up our mosques and our homes and our schools
But our spirit will never die
We will not go downIn Gaza tonight