Pages

Showing posts with label Curhat. Show all posts
Showing posts with label Curhat. Show all posts

Sunday, 2 October 2011

Syarat Menjadi Pejabat


This is just something in my head which I had to throw..
Kalo ngomongin syarat pejabat secara formalitas sih bukan kewenangan sayah lah ya. Well, tentu saja sudah ada peraturan tertulis yang mengatur tentang itu semua. Sayah hanya ingin membahas tradisi yang melingkupi atau menyertai ketika pejabat tersebut dilantik or disambut ato dilepas. Terus terang yang terjadi di lingkungan kami  dan banyak juga di instansi yang lain ialah adanya kebiasaan sing a song, or disini banyak orang bilang keyboard-an aka menyanyi gitcuh loh… dengan menyanyi, ibaratnya sebagai tanda suatu penghormatan, kepedulian, kasih sayang dan cinta terhadap pejabat tersebut atau terhadap yang lain apabila kita merupakan orang yang sedang dilantik or dilepas or disambut.
Hmm … what do you think? …
 Well, I have no conflict with those people who kept that habit. But, I use to leave when the ‘ show time’. Memilih untuk asyik berinternet di ruangan or pulang ke rumah nengokin anak2. Sepertinya pun mereka memaklumi bahkan memahami dengan kebiasaan kami *sayah dan suami* ketika proses menyanyi2 yang diiringi dengan keyboard tersebut berlangsung. Bukannya sayah tidak menghormati dengan pejabat2 tersebut, tapi its just not me.. menyanyi2 tampil di depan khalayak banyak palagi kalo ada joged bareng segala. Semoga sih … saya harap …
Duluu, ketika kami pernah dilepas dari liwa (lampung barat) menuju ke Kualasimpang, ada acara special juga diselenggarakan untuk kami. Kami sangat terharu, tentu saja. Mengingat ada hakim yang karena waktu sempit tidak bisa diadakan acara perpisahan sebagaimana kami waktu itu. Setelah acara utama selese, tentu saja ada pula acara sing a song. Kami dipaksa untuk menyanyi, sholawatan pun jadi kata mereka, wuihihi. Yaah, akhirnya saya pun menyanyi dengan syarat rame2 berombongan dengan yang lain.
Sebenernya, tujuan dari acara nyanyi menyanyi itu diselenggarakan adalah untuk pemersatu dan kebersamaan bagi semuanya. Tanda kasih saying, kepedulian dan mungkin juga penghormatan. Nah, ada ga sih solusi substantive dari acara tersebut woehehe. Kamsudnya, apa yah dan gimana yah caranya biar tetep ada rasa kebersamaan dan rasa kekeluargaan tapi bukan dengan acara nyanyi2 tersebut?. Solusi lain yang lebih syar’i, begitcuh maksud sayah hehe…
“ ih kasian banget yah pak itu, ga ada acara perpisahan berikut keyboard-an”, kesannya ga dihormatin ama orang sekantor. Yah begitulah, kadang yang menurut baik di mata manusia belum tentu di mata Allah kan?. Ato mungkin saja ada yg berpikir tentang kami “ ih pak dan bu itu, ga hormatin banget sih, acara lom selese, dah pulang duluan …”. Hihi itu pikiran sayah di sisi paling terburuk. Tapi sayah sih sebenernya husnudzon aja kok …  karena semakin lama kita berinterkasi dan bergaul, orang2 di sekitar kita pasti memahami bagaimana karakter dan prinsip kita. Begitu juga kita terhadap mereka. 

Monday, 23 May 2011

Allah Ya Rabb ... Sang Maha Mengetahui Hati-ku ...

Kira2 begitu status FB yang ina buat pada tgl 18 Mei yang lalu. Saking malunya suka berkeluh kesah sama Allah, dan ga ma tahu tentang begituuuuuuuu banyak nikmat yang telah diberi. Hiks ... sepertinya ... postingan kali ini akan mengangkat topik keluh kesah. Dasssar manusia manusia ..........
Setiap manusia punya problem. Ketika mereka punya problem, mereka merasa problemnya lah yang paling beraaatz. Dan di saat itulah, kadang manusia baru sadar betapa kecil, hina dan dhaifnya mereka. Mereka makin merasakan kebutuhan dan ketergantungannya pada Yang Kuasa. Kadang manusia bertanya pada tuhan, kenapa mereka harus melewati semua ini. Tak lain tak bukan adalah untuk menjadikan manusia itu sendiri semakin kuat, semakin bijaksana dalam menjalani kehidupan, dan bahwa ada tujuan sebenarnya selain di dunia ini yang harus kita peroleh yaitu ridlo illahi yang akan membawa kita ke syurga yang abadi.
Serius banget ya postingan ini ... hmmm btw, jadi teringat kata2 hikmah jaman kuliah nih, berikut kata2nya:

Dia Memberi yang Kubutuhkan

Ketika aku mohon kekuatan,
Allah memberiku kesulitan
Sehingga aku kuat

Ketika aku mohon kebijaksanaan,
Allah memberiku masalah
Untuk aku pecahkan

Ketika aku memohon surga,
Allah menghujaniku dengan ujian-ujian

Ketika aku memohon pengampunan dosa,
Allah memberiku rasa sakit

Ketika aku mohon kesejahteraan,
Allah memberiku akal untuk berpikir

Ketika aku mohon keberanian,
Allah memberiku bahaya untuk kuatasi

Ketika aku butuh cinta,
Allah memberikan orang-orang bermasalah
Untuk kutolong

Ketika aku memohon hikmah,
Allah memberiku musibah untuk kuanalisa
Dengan akal dan kalbuku

Aku tak pernah menerima apa yang kuminta,
Tapi aku menerima apa yang aku butuhkan

Subhanallah !

Yah, intinya Allah tuh selalu menyayangi kita dengan cara yang bermacam2, kadangkala kita dikasih rezeki gelondongan kadang dengan masalah2 yang makin menjadikan kita bijak, sabar, dan kuat dalam menjalani kehidupan. 
Oh ya, ngomong2 mang selama ini masalah yang menimpa saya apa ya? ya saya cerita lagi di postingan berikutnya aja yaa hehe ... 


Tuesday, 22 March 2011

Konsumtivisme kah anda?

Seberapa besarkah konsumtivisme anda?
Sengaja saya memakai kata konsumtivisme bukan konsumerisme yang pada umumnya banyak digunakan. Ternyata 2 kata itu tidak mengandung arti yang sama, walopun kamus wikipedia memberi arti yang sama. Nah untuk jelasnya berikut arti kedua kata tersebut yang saya ambil dari sini :

Konsumtivisme merupakan paham untuk hidup secara konsumtif, sehingga orang yang konsumtif dapat dikatakan tidak lagi mempertimbangkan fungsi atau kegunaan ketika membeli barang melainkan mempertimbangkan prestise yang melekat pada barang tersebut. Oleh karena itu, arti kata konsumtif (consumtive) adalah boros atau perilaku yang boros, yang mengonsumsi barang atau jasa secara berlebihan. Dalam artian luas konsumtif adalah perilaku berkonsumsi yang boros dan berlebihan, yang lebih mendahulukan keinginan daripada kebutuhan, serta tidak ada skala prioritas atau juga dapat diartikan sebagai gaya hidup yang bermewah-mewah.

Sedangkan konsumerisme dalam pengertian luas dapat diartikan sebagai gerakan yang memperjuangkan kedudukan yang seimbang antara konsumen, pelaku usaha dan negara dan gerakan tidak sekadar hanya melingkupi isu kehidupan sehari-hari mengenai produk harga naik atau kualitas buruk, termasuk hak asasi manusia berikut dampaknya bagi konsumer.

Oke, kembali ke topik.

Sebenernya tema postingan kali ini merupakan bentuk keprihatinan terhadap diri saya sendiri. Honestly, saya tuh orangnya sederhana sahaja *bener deh*. Ga suka macem2, ngikut gaya or trend terhadap suatu mode baik itu produk2 tertentu yg branded or gaya tingkah laku tertentu, misal kayak alay2an, idiih ga buangetts, big no no. Nah, pabila orang2 dengan mudahnya terbujuk rayuan para penjual produk2/jasa2 tertentu, saya cuek saja. Kecuali kalo saya memang memerlukan produk tersebut, memang ada kalanya membeli dengan merek yang terjamin yang mungkin dalam pemikiran saya harga tersebut di atas rata2.
Naaah, sayangnya sikap tersebut, saya rasakan kian memudar. Yah walopun belum parah banget, tapi saya merasakan perubahan tersebut. Hmmm apalagi kalo sdh ada acara arisan kantor, kumpul ibu2 cantik, lama2 tergerus juga ketahanan saya. Dari tupperware, baju2 anak, jilbab, baby toys dan yg paling sering bros hehe. Oh ya satu lagi yang membuat saya kayak masuk mall padahal nggak, itu tuh kalo dah masuk group online shop di FB. Ada yg nawarin ini itu, macem2 ada semua. Paling bikin ngiler kalo kebutuhan anak2. Dan yang terakhir itulah  yang membuat saya agak lega. Berarti rasa konsumtivisme saya masih dalam taraf konsumerisme. Maksud saya, berarti saya masih punya kepekaan terhadap hal2 yang memang merupakan kebutuhan dan kepekaan kasih sayang terhadap anak2 daripada kebutuhan saya sendiri. Yah, berarti saya harus tetap bersyukur, alhamdulillah. Yang terpenting lagi adalah kegiatan konsumerisme ini tidak boleh mengganggu stabilitas finansial rumah tangga.
Di sisi lain, melihat orang2 yang silih berganti menawarkan produk kepada saya, saya miris terhadap diri saya sendiri. Kapan saya mempunyai ikhtiar untuk menjadi seperti mereka, istilah kerennya bisa mengikuti sunnah rasul, yaitu berdagang. Pengeeeen banget, udah lamaaa banget dari jaman dulu kala. Dari dulu alasan saya ga jadi jualan adalah karena domisili kami yang suka pindah-pindah. Lucunya, sekalinya saya bawa katalog sophie mart**n, ada yg tertarik juga tapi lamaaaa banget bayarnya, dan akhirnya mpe skrg lom lunas hihi. Sejak itu, keinginan saya berdagang jadi agak hilang. Namun, beberapa waktu lalu ketika ngobrol2 di tempat penitipan anak, ada yang nawarin produk. Usut punya usut setelah ngobrol kesana kemari ternyata, produk2 yang dia jual semial kayak pakaian anak & jilbab berkarakter, buku bantal, serta maenan2 yang lain dia dapat dari internet. Katalog2 yang dia bawa dikirimkan langsung beserta produk2 yang dia pesan. Hmm .. jadi kepengen. Tapi, masih ada satu kendala, secara domisili ada di kualasimpang, aceh tamiang, saya rasa ongkos kirim ke daerah saya lumayan tinggi. Tak heran memang, harga2 yang beredar di daerah sini tergolong mahal daripada di Jawa. Jadi inget waktu mudik, rasanya pengen borong semuanya.
Hmm ... semoga sih ke depan, akan ada langkah yang lebih maju akan keinginan berdagang saya. Agar bisa terealisasi dan tidak hanya sekedar halusinasi ;D.



Monday, 27 April 2009

Jadi psikiater bagi diri sendiri



Semua orang pasti punya permasalahan dalam hidupnya. Tidak hanya orang-orang tua yang mikirin pekerjaan, tapi anak SMU yang lagi UAN. Tak hanya para elit politik yang pusing masalah koalisi, tapi rakyat kecil yang bingung cari kerja untuk sesuap nasi. Yah semuanya punya masalah. Termasuk saya. Saya lagi pusing …
Pusing mikirin pindah, tentang transportnya buat angkut barang perabotan rumah, tentang SK pindah saya yang belum turun, padahal suami harus segera melaksanakan tugas di tempat baru maksimal 3 bulan setelah tanggal SK-nya. Belum lagi ntar, mikirin sekolah baru buat Nabila.
Di suatu sore sedang santai di rumah, Nabila menghampiri umminya yang cantik jelita huhuhu, duduk dipangkuan bunda tercintanya, tangan sang anak membelai lembut wajah umminya, terucaplah kata polos dari bibir mungilnya “Mi, kok ada jewaratnya? Semoga lekas sembuh ya mi?”. Gubraks…
Kalau boleh, perkenankanlah saya sampaikan bahwa tumbuhnya jerawat2 itu adalah dikarenakan permasalahan2 tersebut di atas yg akhir2 ini menyita pikiran saya huhuhu, alasan aja. Untung jerawat pada muncul di jidat, jadi kan sedikit ketutup jilbab hehehe. Digaris bawahi PADA, waah ketahuan kalo banyak deh…, yaah lebih dari satu laah huhuhu.
Oia, Nabila ngomong nya suka kebalik, bukan jerawat tapi jewarat hihihi.
Kembali pada permasalahan, yaps sebenarnya kalo nggak dipikir, santai2 saja, jadinya mungkin ga pusing2 amat nih kepala.
Sering ga sih, kalian berbicara pada diri sendiri, bicara dengan hati, atau hati yang sedang berbicara – yang bener yang mana ya? – bahwa sebaiknya diperlukan sebuah “calm down”. Menyuruh pada diri untuk lebih tenang, berpasrah setelah segala upaya dilakukan, santai sajaa, tarik nafaaaas, just smile and world will smile to you.
Hingga saya menarik suatu kesimpulan bahwa setiap orang yang berhasil mengendalikan dirinya terhadap sesuatu, baik itu yang sifatnya kecil atau besar/taraf tinggi adalah orang yang telah berhasil menjadi psikiater bagi dirinya sendiri. Bahwa pada dasarnya setiap orang punya kekuatan dalam dirinya untuk mengatasi masalah-masalah yang dihadapi.
Seperti sebuah ayat alquran:
إن الله لا يغير ما بقوم حتى يغيروا ما بأنفسهم وإذا أراد الله بقوم سوءا فلا مرد له وما لهم من دونه من وال
Yang artinya:
Sesungguhnya Allah tidak mengubah keadaan sesuatu kaum sehingga mereka mengubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri. Dan apabila Allah menghendaki keburukan terhadap sesuatu kaum, maka tak ada yang dapat menolaknya; dan sekali-kali tak ada pelindung bagi mereka selain Dia.Maha besar Allah dengan segala firmanNya.

Tentu saja selain kekuatan diri kita sendiri, keadaan sekeliling/lingkungan sekitar dan tingkat keimanan serta ibadah kita sangat berpengaruh dalam tindakan kita ketika menghadapi suatu permasalahan.
Bahkan seorang yang bijak pun merasa tidak perlu untuk memblow-up permasalahan yang menderanya, cukuplah diselesaikan secara intern dan hanya membagi cerita bahagia dan hikmah kepada sekelilingnya. Ups, diriku bukan salah satu dari mereka.
Yeah, so this is who I am…

Tuesday, 21 April 2009

Saturday Night

on Saturday Night,

Malam ini, melow banget rasanya. Siang tadi habis ngantar misoa yang mau pergi ke aceh buat laporan sekalian ngurus surat pindahku ke kantor yang sama juga nge-take rumdin. Mbrambang - istilah orang jawa – alias berkaca-kaca mataku melepas kepergiannya. Maklum dah lamaaa bgt ga pernah ditinggal, beda banget pas jaman dulu ketika suami sering ada pelatihan di luar kota. Bahkan dulu, sudah tak terhitung lagi aku sering ditinggalkan untuk kembali lagi pas jaman long distance Tangerang – Liwa. Bedanya 180 derajat deh sekarang, soale tiap hari pasti bareng, ya di rumah, di kantor dimana-mana. Bahkan di kantor pun misoa nongkrongnya kebanyakan di ruangan eykeh. Hihihi jadi geli sendiri. Eh tapi padahal kalo lagi di rumah tuh ya gitu deh, mungkin terlalu banyak kebersamaan kami, jadi sering sebel gitu deh. Biasa lah orang temanan/sahabatan/sodaraan kan juga suka kaya gitu, deket sebel jauh kangen.
Televisi di rumah jadi hitam putih tanpanya huhuhu. Eh bener lho, itu dalam arti denotasi alias sebenarnya, lha wong pas kebetulan suami mau pergi, tiba2 TV warnanya jadi hitam putih wakakak. Channel TV yg ga biasa dilihat malah yang layarnya berwarna. Kayaknya sih kesalahan pada receiver, bukan TVnya.
Oke, balik lagi ke masalah mellow tadi. Kebiasaan kami kalo dah gitu saling ber-sms doa. Ga tahu kenapa, kadang bahasa ketika ditulis rasanya lebih romantis daripada diungkapkan secara langsung huhuhu. Well, tergantung orangnya kali ya. Yang jelas pengalaman kami siih suka jawab2an pake tulisan ketika sedang sebel bin jengkel or ada suatu kekecewaan yang sedang mendera. Kebanyakan sih diriku yang suka ngerasa sebel hihihi, ntar suami jawab via sarana yang sama hehehe. Soalnya kalo tulisan kan bisa sedikit didramatisir, diheperbolis dikit2, putis dikit2, biar rasanya mengharu biru wakakak. Waaah jadi buka kartu.
Udah lagi mellow2 gitu, ada sms dari ibunda tercinta, ngingetin aja buat hati2 di rumah, pintu ditutup plus doa. Waaaah jadi dleweran diriku, airmata mengalir di pipi ini. Kasih sayang seorang ibu memang tiada tara, tak terhingga sepanjang masa, hanya memberi tak harap kembali, bagai sang surya menerangi dunia. Hiks, bahkan sekarang ketika sedang menulis ini pun, air mata tak ingin ketinggalan berperan serta hehehe. Udah sejak januari ga ketemu sama ibu, kangeeen banget hiks.
Gini niih, nasib perantauan, jauh dari saudara. Namun yang jelas hikmah dari semua ini, karunia Allah tak terhingga. Memberikan banyak rizki pada hambanya baik rizki materi or non materi, salah satunya nikmat kasih sayang. Sayangnya manusia baru menyadari akan nikmat pabila nikmat baru jauh darinya, termasuk nikmat sehat juga dll. Ya Allah jadikan kami hamba yang pandai bersyukur akan nikmatMu.
Doa favourite:

"Ya Tuhanku, tunjukilah aku untuk mensyukuri nikmat Engkau yang telah Engkau berikan kepadaku dan kepada ibu bapakku dan supaya aku dapat berbuat amal yang shaleh yang Engkau ridai; berilah kebaikan kepadaku dengan (memberi kebaikan) kepada anak cucuku. Sesungguhnya aku bertobat kepada Engkau dan sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang berserah diri".

update on sunday : TV nya dah warna warni lagi, ternyata sistem TV receiver di utak atik nabila :D

Thursday, 3 April 2008

Finally ... (Part 4)

maAlhamdulillah wa syukurillah, kita sekeluarga sudah sampai di Liwa, Lampung Barat tanggal 21 Maret kemaren. Setelah menyelesaikan segala hal termasuk SK pindah, berkas2 kepegawaian, gaji dan uang insentif terakhir. Waaah banyaaak banget cerita yang ingin dibagi niiih. Yook dilanjut …
Nah sebelum sampai di Liwa pada hari jumat magrib, seninnya ada sedikit ceremonial pisah2an dari temen2 di ruangan. Duh miss u all guys … disini sepi bangett. Ga ada celotehan2 lucu dan banyolan kalian.



Tanda Cinta & kenang-kenangan dari temen2




Tak lama pasca kedatangan kami di Liwa, sang abi tercintrong bak seorang guide mengajak kami keliling kota. Padahal keadaan rumah kami seperti kapal pecah, sepertinya tidak cukup 1-2 hari untuk merapikan semuanya. Alhamdulillah keadaan Nabila dan kami sehat serta baik-baik saja. Especially saya sendiri rasanya exited aja menghadapi pengalaman baru, daerah baru, kantor baru, teman2 baru dll. Walau dalam perjalanan menuju Liwa, saya dibuat terkaget2 sekaligus sebel dengan jalannya yg berliku2, bahkan Nabila sampai muntah2, secara jalan menuju gunung gituh loh. Sesampainya pun makin kaget dengan airnya yang sedingin es, brr … dingiinnn. Oh no … but I believe sooner or later I will get used to it. Well, apa mau di kata setidaknya kita mungkin 3 tahun tinggal di sini.
Di sini kita bertemu dengan banyak saudara baru, temen2 kantor dan keluarga mereka yang kebanyakan juga sesama perantauan, di tugaskan di Kota ini karena tugas Negara. Bersilaturahmi ke rumah2 mereka membuat saya sadar, bahwa banyak keluarga yang bernasib sama seperti kami, berpindah2 dari satu kota ke kota lain di penjuru nusantara ini. Banyak masukan dari pengalaman2 mereka yang membuat saya mangambil napas panjang dan membuat relung hati ini tersenyum. Senangnya … inilah rupanya hal lain yang bisa saya dapatkan disini. Lalu bagaimana dengan Nabila? Coba tanyakan padanya betah ga ya dia disini? Yang jelas dia baik2 saja kok, ikut serta menikmati suasana baru ini. Namun yang tidak bisa dipungkiri adalah situasi baru ini, menyebabkan Nabila semakin nempel kayak lem sama emaknya, ga mau pisah samsek. Bahkan di sekolah barunya pun sepertinya prestasinya jadi kurang bagus, padahal di hari pertama sekolahnya cukup membuat saya bangga. Di hari2 berikutnya Nabila jadi suka seenaknya dan ga nurut ibu guru, sukanya nempeeel terus sama umminya. Jadi seddiih … dan capek … Saya mencoba untuk menyelami alam pikiran Nabila, semua ini mungkin dikarenakan dia belum punya teman dekat seperti teman2nya di Tangerang dulu. Doakan ya, semoga hal ini cepet berlalu.Kalo dihitung2 kami baru sekitar 2 minggu-an di sini. Nabila sudah hapal ‘ruangannya’ tiap kami baru tiba di kantor, secara Nabila ngikut di mana pun daku berada. Kami sudah merasa akrab dengan Pak Haji pemilik toko kelontong langganan kami, hehe hampir setiap hari kami datangnya ke tempatnya. Pak Haji akan menyapa Nabila dengan sebutan cucung, disambut dengan ketawa Nabila yg ngakak sekaligus geli mendengar nama panggilan yang asing untuknya. Oia, kita juga sudah melakukan perjalanan wisata ke pantai Krui lho. Baguuus banget pemandangannya, tapi ya itu ‘tidak sebagus’ perjalanannya, penuh dengan kelok2, gunung gituh lhoh. Jadi jalanan aspal itu bagai membelah gunung. Bagus di pandang mata, tapi perut rasanya sedikit mual. Anehnya, walo perjalanan ke Krui Cuma 1 jam, tapi udara dan airnya biasa, tidak sedingin di Liwa.




Waaah, kapan2 cerita lagi deh ttg segala hal di Liwa. Tentang jalannya, jualannya, orang2nya, angkotnya, pasarnya dll. Oh iya tentang kantor baru juga, lengkap dg temen2 kantor dan pak boss yg baik2. Alhamdulillah … jadi intinya adalah kita mulai menikmati hidup baru di sini. Kalo kata Santi “selamat menikmati hidup baru”, kyk penganten baru ajah. Sekali lagi, terimakasih atas support dan doa teman2 semua. Love and miss u all …

Monday, 25 February 2008

Finally ...

Senin kemarin saya lalui dengan sebuah perjalanan kecil di sebuah kota yang tak lama lagi saya tinggalkan. Agak sedikit melelahkan dan membosankan sebenarnya. Tapi ini adalah hari-hari terakhir saya disini. Saya mencoba menikmati detik demi detik. Di tengah titik-titik hujan menetesi bumi, payung biru langit menemani saya. Berdiri satu detik di depan sebuah air mancur, keluar dari Mahkamah Agung melalui Kementrian Kesejahteraan Rakyat, Mahkamah Konstitusi, Departemen Perhubungan, Departemen Komunikasi Informasi, akhirnya sampailah pada tempat yang dituju, Halte Transjakarta. Untuk kemudian melanjutkan perjalanan ke DepKumHam. Saya disambut dengan keriuhan orang berbaju merah, oo ternyata ada pengajuan partai baru-lagi-. Tak seberapa lama saya memberikan sebuah amplop coklat dari BKN, saya tersungkur di keheningan. Bersujud pada Sang illahi Rabbi, karena waktu dzuhur telah tiba. Saya nikmati pula perjalanan ke Kalideres dengan hawa kantuk yang berdera. Tak terasa saya sudah sampai di terminal terakhir.
Jadi ingat waktu-waktu terakhir yang di alami Mbak Dina Sulaeman di Iran, bagaimana dia benar2 memanfaatkan waktu dengan sebaik2nya, sampai kemudian menghasilkan sebuah buku Pelangi Di Persia. What can i do? not much ... nothing ...
Paling nikmati jalan2 di Mall, secara di sana ga ada. Nikmati buku2 edisi terbaru yang best seller, DVD etc. Saya kan ganti itu semua nanti (hopefully) dengan berjalan di tepi pantai, bermain2 pasir, menghirup segarnya udara kota kecil Liwa. Fasilitas entertainment boleh berkurang, jadikan sebagai moment untuk lebih berproduktifitas. Produktif untuk ibadah, keluarga, dan sedikit kerja, juga untuk kegiatan menulis di blog dll. Doakan ya kawan ...
Sebuah kata yang sama kami ucapkan "Alhamdulilah ... akhirnya ..". Setelah perjuangan tenaga, waktu dan pikiran untuk memprosesnya. Finally ... Abi, ku kan datang sebentar lagi. Berjuang bersama membangun bahtera rumah tangga yang lebih indah. Nabila ... bahagialah dirimu kita berdua kan selalu ada untukmu di setiap minggu, hari dan waktu.