Trauma kapitis merupakan kejadian yang sangat sering dijumpai. Lebih dari 50% penderita trauma adalah penderita trauma kapitis, bila multi-trauma (cedera lebih dari 1 bagian tubuh), maka 50% penderita mengalami cedera kepala.
Anatomi.
1.Kulit kepala
Vaskularisasi kepala sangat baik sehingga bila luka kecil saja akan mengeluarkan banyak darah. Bila luka dalam, maka kontraksi otot akan menyebabkan luka menganga, tetapi pembuluh darah juga akan kontraksi sehingga perdarahan akan berhenti. 2. Tulang kepala (kranium)
Terdiri dari kalvaria (atap tengkorak), dan basis kranium (dasar tengkorak). Patah tulang kalvaria dapat berbentuk garis (lineair) yang bisa non impressi (tidak masuk / menekan ke dalam) atau impressi (masuk kedalam). Bila patah terbuka (ada hubungan dengan dunia luar), maka diperlukan operasi segera. Pada fraktur basis kranium, mungkin keluar darah dari hidung atau/dan telinga. Dalam keadaan ini harus berhati-hati memasang Naso Gastric Tube (NGT-maagslang), karena dapat masuk ke rongga tengkorak. Yang juga harus diwaspadai pada fraktur basis adalah perdarahan hebat. Bila penderita tidak sadar, maka perdarahan mungkin menganggu jalan nafas.
3. Isi tengkorak. Lapisan pelindung otak, terdiri dari 3 lapisan, yakni :
1. Duramater (menempel ketat pada bagian dalam tengkorak), piamater (menempel ketat pada jaringan otak) serta arachnoid antara kedua lapisan tadi. Perdarahan dalam rongga tengkorak, mungkin dapat berupa perdarahan epidural (antara duramater dengan tengkorak) atau subdural (dibawah duramater). Perdarahan juga dapat terjadi di dalam jaringan otak sendiri (intra-serebral).
2. Rongga tengkorak tidak besar, dan tertutup oleh tengkorak yang keras. Perdarahan yang terjadi di dalam rongga tengkorak sebanyak 100 cc mungkin sudah dapat menimbulkan kematian. Dengan demikian apabila mendapatkan penderita trauma kapitis yang dalam keadaan syok, maka syok tersebut biasanya berasal dari tempat lain (rongga toraks, abdomen, tulang pelvis atau tulang panjang).
2. Otak. Otak terdapat di dalam liquor cerebro-spinalis. Apabila terdapat hubungan langsung antara otak dengan dunia luar (fraktur kranium terbuka, fraktur basis dengan cairan otak keluar dari hidung atau telinga), maka ini merupakan keadaan yang berbahaya karena akan dapat menimbulkan peradangan pada otak. Otak dapat mengalami pembengkakan (edema), baik karena trauma langsung atau setelah trauma. Pembengkakan otak ini dikenal sebagai edema
serebri, dan karena tengkorak merupakan ruangan yang tertutup rapat, maka edema ini akan menimbulkan peninggian tekanan dalam rongga tengkorak (peninggian tekanan intra kranial). Tekanan Intra Kranial terdapat dalam keadaan konstan. Peninggian TIK dapat disebabkan oleh membengkaknya otak (edema serebra) atau karena perdarahan dalam otak (intra cranial bleeding), peningkatan TIK yang cukup tinggi akan dapat menyebabkan turunnya batang otak (herniasi batang otak) yang akan berakibat kematian.
Prinsip – prinsip pada trauma kepala:
Ø Tulang tengkorak sebagai pelindung jaringan otak, mempunyai daya elatisitas untuk mengatasi adanya pukulan.
Ø Bila daya/toleransi elastisitas terlampau akan terjadi fraktur
Ø Berat/ringannya cedera tergantung pada:
1. Lokasi yang terpengaruh:
· Cedera kulit
· Cedera jaringan tulang
· Cedera jaringan otak
2. Keadaan kepala saat terjadi benturan
Ø Masalah utama adalah terjadinya peningkatan tekanan intrakranial ( TIK )
Ø TIK dipertahankan oleh 3 komponen:
1. Volume darah / pembuluh darah ( ± 75 – 150 ml )
2. Volume jaringan otak ( ± 1200 – 1400 ml )
3. Volume LCS ( ± 75 – 150 ml )
Masalah yang timbul dari trauma kepala:
b. Tipe Trauma Kepala
Tipe/macam-macam trauma kepala antara lain:
1.
Trauma kepala terbuka
Kerusakan otak dpat terjadi bila tulang tengkorak mauk ke dalam jaringan otak dan melukai:
Ø Merobek durameter ® LCS merembes
Ø Saraf otak
Ø Jaringan otak
Gejala fraktur basis:
Ø Battle sign
Ø Hemotympanum
Ø Periorbital echymosis
Ø Rhinorrhoe
Ø Orthorrhoe
Ø Brill hematom
2.
Trauma kepala tertutup
a Komosio
· Cidera kepala ringan.
· Disfungsi neurologis sementara dan dapat pulih kembali.
· Hilang kesadaran sementara, kurang dari 10 – 20 menit.
· Tanpa kerusakan otak permanen.
· Muncul gejala nyeri kepala, pusing, muntah.
· Disorientasi sementara.
· Tidak ada gejala sisa.
· MRS kurang 48 jam ® kontrol 24 jam pertama, observasi tanda-tanda vital.
· Tidak ada terapi khusus.
· Istirahat mutlak ® setelah keluhan hilang coba mobiliasi brtahap, duduk ® berdiri ® pulang.
· Setelah pulang ® kontrol, aktivitas sesuai, istirahat cukup, diet cukup.
b Kontosio
· Ada memar otak.
· Perdarahan kecil lokal/difusi ® gangguan lokal ® perdarahan.
· Gejala :
- Gangguan kesadaran lebih lama
- Kelainan neurologik positif, reflek patologik positif, lumpuh, konvulsi.
- Gejala TIK meningkat.
- Amnesia retrograd lebih nyata
c Hematom epidural
· Perdarahan antara tulang tengkorak dan durameter.
· Lokasi terering temporal dan frontal.
· Kategori talk and die.
· Sumber: pecahnya pembuluh darah meningen dan sinus venosus
· Gejala: manifestasinya adanya desak ruang
Penurunan kesadaran ringan saat kejadian ® periode Lucid (beberapa menit – beberapa jam ) ® penurunan kesadaran hebat ® koma, serebrasi, dekortisasi, pupil dan isokor, nyeri kepala hebat, reflek patologik positif.
d. Hematom subdural
· Perdarahan antara durameter dan archnoid.
· Biasanya pecah vena ® akut, subakut, kronis.
· Akut :
- Gejala 24 – 48 jam
- Sering brhubungan dengan cidera otak dan medulla oblongata.
- PTIK meningkat
- Sakit kepala, kantuk, reflek melambat, bingung, reflek pupil lambat.
· Sub akut
Berkembang 7 – 10 hari, kontosio agak berat, adanya gejala TIK meningkat ® kesadaran menurun.
· Kronis :
- Ringan, 2 minggu 3-4 bulan
- Perdarahan kecil-kecil terkumpul pelan dan meluas.
- Gejala sakit kepala, letargi, kacau mental, kejang, disfgia.
e Hematom Intrakranial
· Perdarahan intraserebral ± 25 cc atau lebih
· Selalu diikuti oleh kontosio
· Penyebab: Fraktur depresi, penetrasi peluru, gerakan akselerasi – deselerasi mendadak.
Herniasi ancaman nyata, adanya bekuan darah, edema local.
No comments:
Post a Comment