Kemarin malam, salah satu stasiun TV menyiarkan debat Cawapres yang mengangkat tema tentang seputar kesehatan. Debat yang cenderung monoton dan membosankan tidak mengena substansi dari aspek kesehatan. Jawaban demi jawaban yang keluar dari para cawapres terkesan normative. Wajar saja ketika jawaban yang muncul normative karena para cawapres tidak kafa’ah dalam bidang kesehatan.
Cawapres dari PDIP Gerindra, ketika ditanya tentang presentase anggaran kesehatan yang hanya 4,9% sementara target sesuai dengan amanah konstitusi 15%. Prabowo hanya berkata tidak ingin berputar-putar pada presentase angka, akan tetapi perlu peningkatan anggaran kesehatan yang lebih karena banyaknya keuangan yang bocor keluar. Boediono yang diusung oleh Demokrat cenderung normative karena karena untuk merealisasikan angka 15% dalam waktu 5 tahun sukar. Wiranto pun cenderung normative untuk meningkatkan anggaran kesehatan hanya superficial.
Rokok yang menjadi permaslahan juga ternyata tidak lepas dari bahan pertanyaan moderator yang kali ini dipimpin oleh DR.dr. Fahmi Idris M.Kes, Seluruh jawaban tidak mengenai substansi pertanyaan. Wiranto cenderung menjawab bahwa fungsi edukasi iklan bahaya rokok harus lebih diintensifkan. Boediono dan Prabowo menjawab bahwa yang harus dibela adalah petani tembakau. Jika rokok akan diregulasikan petani tembakau harus diberi alternative pekerjaan agar tidak kehilangan haknya.
Itulah sekelumit hasil debat cawapres yang menurut penulis masih sangat mendasar dan tidak mengena substansi dari perdebatan. Pemimpin Indonesia kedepan adalah pemimpin yang memerlukan komitmen politik untuk mengadvokasi 15% anggaran konstitusi. Semoga pemimpin kedepan bukan hanya ngecap saja akan tetapi dapat memberikan kontribusi real bagi kesejahteraan rakyat.
No comments:
Post a Comment