Diabetes Melitus ialah penyakit gangguan metabolisme terutama karbohidrat yang disebabkan kekurangan hormon insulin absolut maupun relatif dengan segala akibatnya pada multi organ. Kejadian DM didunia 1 - 2 % penduduk, sebelum ditemukan insulin sering ditemukan penyulit akut dan sangat jarang ditemukan penyulit kronis, hal ini dikarenakan penderita sudah meninggal sebelum terjadi penyulit kronis. Akhir-akhir ini penyulit akut dapat diatasi dan dicegah, sehingga penderita DM dapat hidup lebih lama dan timbul penyulit kronis seperti retinopati, neropati dan nepropati.
Gejala Klinis :
1. Poliuri : banyak kencing, terutama malam hari. Hal ini karena gula yang keluar melalui urine membawa air.
2. Polidipsi : banyak minum, hal ini karena kencing banyak, tubuh mengalami dehidrahi yang merangsang pusat haus.
. Polifagi : banyak makan, cepat lapar, hal ini karena ada gangguan metabolisme glukosa -- kalori berkurang -- rasa lapar.
4. Berat badan menurun, dan badan merasa lemah.
5. Keluhan lain : luka yang sulit sembuh dan kadang-kadang timbul ganggren, gatal-gatal, gejala infeksi saluran kencing, gangguan penglihatan karena retinopati / katarak.
Pemeriksaan Jasmani :
Pada penderita DM tanpa penyulit biasanya tidak dijumpai kelainan fisik. Kelainan fisik timbul akibat adanya penyulit baik penyulit akut maupun kronis.
Pemeriksaan Laboratorium :
Diagnosa pasti DM bila gula darah (GD) sewaktu 200 mg/dl dalam 2 waktu yang berbeda, atau GD puasa >120 mg.dl dan PP > 200 mg/dl.
Pemeriksaan urine reduksi . glukosa urine hanya sebagai penyaring.
Bukan DM bila GD puasa <120 mg.dl dan PP< 140 mg.dl.
Bila hasil meragukan yaitu GS puasa < 120 dan PP 140 - 200 mg.dl, perlu dilakukan pemeriksaan lanjutan dengan tes toleransi glukosa oral TTGO, penderita puasa 8 jam, kemudian diberikan glukosa 75 gr, diperiksa kadar GD pada puasa, 1 jam PP dan 2 jam PP, dengan kemungkinan hasil sbb :
1. Bukan DM bila GD Normal (puasa)<120 mg/dl dan 2 jam PP <140 mg/dl
2. Toleransi glukosa terganggu (TGT) bila GD puasa < 120 mg.dl dan 2 jam PP 140 - 200 mg.dl.
3. DM bila GD 2 jam PP > 200 mg.dl
Pada follow up diperiksa GD N / PP atau GD kurve harian (N,jam 11.00, jam 16.00)
Klasifikasi DM :
Dalam perkembangannya klasifikasi DM selalu berubah, tetapi pada prinsipnya ada 2 macam yaitu IDDM (insulin dependent DM) dan NIDDM (noninsulin dependent DM).
Klasifikasi DM menurut WHO yang terakhir yaitu :
1. DM tipe I (IDDM(
2. DM tipe II (NIDDM).
3. MRDM (malnutitional related DM)
4. DM Gestational (hamil).
5. DM sekunder (penyakit hati, pankreas, ginjal, tiroid dll).
6. TGT (toleransi glukosa terganggu).
Pengobatan DM :
Pengobatn DM meliputi : diet, olah raga, OAD (anti diabetes oral), insulin, dan penyuluhan. Secara praktis cara pengobatan DM sbb :
Perhatikan adanya pemyulit / tidak, apakah ada indikasi insulin .tidak. Bila tidak ada indikasi pemberian insulin, cukup dengan diet dan olah raga selama 2 minggu s/d 1 bulan bila tidak ada respon, dipertimbangkan pemberian OAD/Insulin.
Gejala Klinis :
1. Poliuri : banyak kencing, terutama malam hari. Hal ini karena gula yang keluar melalui urine membawa air.
2. Polidipsi : banyak minum, hal ini karena kencing banyak, tubuh mengalami dehidrahi yang merangsang pusat haus.
. Polifagi : banyak makan, cepat lapar, hal ini karena ada gangguan metabolisme glukosa -- kalori berkurang -- rasa lapar.
4. Berat badan menurun, dan badan merasa lemah.
5. Keluhan lain : luka yang sulit sembuh dan kadang-kadang timbul ganggren, gatal-gatal, gejala infeksi saluran kencing, gangguan penglihatan karena retinopati / katarak.
Pemeriksaan Jasmani :
Pada penderita DM tanpa penyulit biasanya tidak dijumpai kelainan fisik. Kelainan fisik timbul akibat adanya penyulit baik penyulit akut maupun kronis.
Pemeriksaan Laboratorium :
Diagnosa pasti DM bila gula darah (GD) sewaktu 200 mg/dl dalam 2 waktu yang berbeda, atau GD puasa >120 mg.dl dan PP > 200 mg/dl.
Pemeriksaan urine reduksi . glukosa urine hanya sebagai penyaring.
Bukan DM bila GD puasa <120 mg.dl dan PP< 140 mg.dl.
Bila hasil meragukan yaitu GS puasa < 120 dan PP 140 - 200 mg.dl, perlu dilakukan pemeriksaan lanjutan dengan tes toleransi glukosa oral TTGO, penderita puasa 8 jam, kemudian diberikan glukosa 75 gr, diperiksa kadar GD pada puasa, 1 jam PP dan 2 jam PP, dengan kemungkinan hasil sbb :
1. Bukan DM bila GD Normal (puasa)<120 mg/dl dan 2 jam PP <140 mg/dl
2. Toleransi glukosa terganggu (TGT) bila GD puasa < 120 mg.dl dan 2 jam PP 140 - 200 mg.dl.
3. DM bila GD 2 jam PP > 200 mg.dl
Pada follow up diperiksa GD N / PP atau GD kurve harian (N,jam 11.00, jam 16.00)
Klasifikasi DM :
Dalam perkembangannya klasifikasi DM selalu berubah, tetapi pada prinsipnya ada 2 macam yaitu IDDM (insulin dependent DM) dan NIDDM (noninsulin dependent DM).
Klasifikasi DM menurut WHO yang terakhir yaitu :
1. DM tipe I (IDDM(
2. DM tipe II (NIDDM).
3. MRDM (malnutitional related DM)
4. DM Gestational (hamil).
5. DM sekunder (penyakit hati, pankreas, ginjal, tiroid dll).
6. TGT (toleransi glukosa terganggu).
Pengobatan DM :
Pengobatn DM meliputi : diet, olah raga, OAD (anti diabetes oral), insulin, dan penyuluhan. Secara praktis cara pengobatan DM sbb :
Perhatikan adanya pemyulit / tidak, apakah ada indikasi insulin .tidak. Bila tidak ada indikasi pemberian insulin, cukup dengan diet dan olah raga selama 2 minggu s/d 1 bulan bila tidak ada respon, dipertimbangkan pemberian OAD/Insulin.
No comments:
Post a Comment